Senin, 20 Desember 2010

Aku, Cinta, dan 'Cinta'

Cinta, tahukah engkau?
bahwa aku ternyata mencintai cinta,
aku cinta apa yang disebut dengan cinta,
aku cinta pencipta cinta,
ya..!
aku cinta sang pemilik cinta,
dan aku juga cinta dia yang mencintai cinta,
aku mencintai pencinta cinta,
aku juga cinta orang-orang yang mencintai dia yang mencintai cinta,
dan juga orang-orang yang mencintai sang pencipta dan pemilik cinta,
aku cinta aku yang mencintai cinta,
aku cinta dia yang mencintaiku,
dan akhirnya ku tegaskan hingga kuulangi,
aku mencintai cinta..!
dan..
aku cinta menjalani kisah cinta ini.
faham kau cinta..?!

Kamis, 30 September 2010

Tangga Kesuksesan

Baru tersadar,,.
Bahwa ketika kita merencanakan untuk mendaki gunung, yang menjadi tujuan kita adalah mendaki gunung tersebut, fokus utamanya adalah menaklukan gunung tersebut.
Yang kita pikirkan adalah hanya bagaimana caranya agar sampai di puncaknya.
Segala cara dan upaya akan kita lakukan untuk bisa berada di puncak gunung yang kita inginkan itu.

Sama halnya ketika kita mempunyai sebuah cita-cita dan keinginan-yang kata orang bijak, gapailah cita-citamu setinggi bintang di angkasa.
Banyak cara yang kita lakukan untuk menggapai cita-cita yang setinggi bintang diangkasa tadi.
Segala cara dan upaya pula akan dikerahkan untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan kita.
Kebanyakan dari kita, atau mungkin hampir dari semua dari kita, mencari bagaimana bisa berada di puncak tertinggi dari apa yang kita cita-citakan tadi.

Tapi ternyata ada hal yang luput dari pikiran kita.
Tanpa disadari, ketika kita hanya memikirkan bagaimana cara kita berada di puncak kesuksesan dan cara untuk melakukan perjalanan ke puncak yang kita inginkan itu, ada hal yang tidak pernah kita pikirkan.

Yaitu..,
Setelah kita mendaki gunung untuk mencapai puncak tertinggi, terkadang kita lupa bagaimana cara untuk turun dari puncak yang telah kita daki tersebut agar bisa kembali ke tempat asal kita berangkat.
(padahal lebih banyak orang tersesat saat turun dari gunung).
Setelah kita naik meniti tangga, terkadang kita lupa akan bagaimana kita bisa turun dari tangga tersebut.
Sama halnya ketika kita meniti jalan menuju kesuksesan, pikiran kita terpusatkan hanya untuk memikirkan dan merencanakan bagaimana kita bisa berada di puncak tanpa pernah memikirkan bagaimana cara menuruni tangga kesuksesan tadi.

Secara tidak langsung, ternyata kita telah merencanakan setengah perjalanan.
Tak merencanakan perjalanan yang sepenuhnya.

Menuruni tangga kesuksesan Penulis analogikan menjadi dua,
Pertama benar-benar turun dari tangga kesukesan. Itu artinya kita jatuh dari tangga kesuksesan tersebut.
Jika dimisalkan usaha, bangkrut atau gulung tikar istilahnya.
Kita jarang memikirkan hal tersebut karena memang kita tidak menginginkannya.Tapi apa yang pernah Penulis sampaikan, bahwa tak semua apa yang kita inginkan di dunia ini bisa terwujud dan sesuai dengan keinginan kita.
Hidup bagai roda yang berputar kadang di atas dan kadang berada di bawah.
Jadi apa salahnya kita berfikir bagaimana cara menghadapai keadaan turunnya kita dari tangga kesuksesan.
ketika kita siap sukses, saat itu pula kita harus siap gagal. agar ketika keduanya terjadi, kita benar-benar siap menghadapinya.

Dan yang kedua,
Menuruni tangga sama halnya dengan menyebarkan atau mengalirkan kesuksesan yang kita peroleh kepada orang lain. Bagaiamana kita bisa memanfaatkan apa yang kita peroleh dan kita miliki untuk kesejahteraan orang lain. Tidak hanya untuk sendiri.
Bagaimana menjadikan orang lain sukses adalah termasuk apa yang harus kita pikirkan ketika berada di puncak tangga kesuksesan.
bagi Penulis, itu salah satu makna dari “khorunnaasi anfa’uhum linnaasi”

Sabtu, 28 Agustus 2010

Nikmati saja...

Nikmati Saja…
Memang tidak semua apa yang kita inginkan di dunia ini bisa terwujud.
Inginnya nilai sepuluh dalam ujian, tapi kenyataannya tidak.
Inginnya juara kelas dalam satu semester, tapi kenyataannya tidak,
Inginnya kuliah di perguruan tinggi impian, tapi kenyataannya tidak,
Inginnya kerja enak dan mendapatkan pengahasilan besar, tapi kenyataanya tidak,
Inginnya hidup mewah dan enak, tapi kenyataannya tidak.
Dan banyak lagi keinginan-keinginan lain, yang kemudian ada yang menjadi kenyataan, namun banyak pula tidak mejadi kenyataan seperti yang kita harapkan.

Tapi memang seperti itulah hidup.
Tak selalu menyenangkan,
Tapi tidak pula selalu menyedihkan.
Jadi inget reff sebuah lagu seorang kawan Penulis,
“....hidup ini tak slamanya senang, tak slamanya susah, slalu berubah..…”

Jika kita dalam keadaan senang, pastilah kita akan ikut senang dan gembira dan menikmati itu semua. Tapi jika kemudian kita dalam keadaan susah, kebanyakan dari kita menggerutu dan kemudian sedih dan kehilangan semangat hidup yang akhirnya menyebabkan keputusasaan.
Seharusnya kita berlaku adil.
Jika senang, nikmatilah itu,
dan jika kemudian susah, nikmati pula lah itu.
Karena jika tidak dinikmati, waktu untuk melewati hari-hari itu akan sangat menyiksa diri kita.
Akan terasa sekali penderitaan kita, saat hari-hari yang penuh kesedihan dilewati dengan kesedihan dan ketersikasaan pula.
Daripada melewati hari-hari dengan penuh ketersiksaan, cobalah mulai untuk menikmati penderitaan dan kesusahan yang kita alami.
Ikhlaskan apa yang tidak dapat diraih dan syukuri apa yang telah didapat.
Hadapi dengan sabar apa yang memang tidak enak itu. Karena dengan kesabaran itu, Allah akan merubah keadaan yang dialami.

Dan seperti sebuah kata bijak klasik yang sering kita dengar, bahwa dunia ini seperti roda yang terus berputar. Kadang di bawah dan kadang diatas.
Kadang senang kadang juga susah.
Jika sedang berada di atas, semua orang pasti senang, tapi kemudia jika di bawah seharusnyalah kita menerima dengan ikhlas dan mengubah diri kita untuk berusaha menikmati semua itu.
Walau terkadang itu sulit, nikmati sajalah!
Karena semua itu pasti akan berlalu..!!

Sabtu, 10 Juli 2010

Novel..

Seumur hidupku, hanya 9 buah novel yang pernah dan benar-benar ku baca hingga tamat.
Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2, Tetralogi Laskar Pelangi dan Dwilogi Padang Bulan.
yang terakhir baru kuselesaikan beberapa hari yang lalu.

Ternyata seru juga baca novel..., (atau karena yang kubaca itu kesemuanya best seller ya??)

Jika saja ada blok novel dan blok nonnovel (semisal blok barat dan blok timur) aku adalah termasuk golongan blok nonnovel.
masih ingat ketika masih SMA, aku dan teman-temanku -walau bukan yang berada di barisan terdepan, selalu menyinggung orang-orang yang gemar sekali membaca novel hingga beratus-ratus halaman, yang tebalnya memungkinkan dijadikan bantal (kalau ditumpuk) dengan perkataan, "novel yang tebelnya minta ampun aja bisa ditamatin, masa Al-Qur'an sama artinya ngga??"
sebarnya niat kami menyinggung agar mereka tidak terlalu terbuai dengan membawa dan membaca hampir setiap hari hingga pelajaran atau bahkan Al-Qur'an terlupakan hingga jarang di baca).
Karena menurut kami, kebanyakan yang dibaca adalah novel cinta.
begitulah aku dan teman-temanku.

Menjelang akhir SMA, aku mulai merasa tertarik dengan yang namanya novel..
hingga akhirnya kuputuskan untuk mencoba membaca novel.

Bagiku ada hal-hal menarik yang tak ada dalam buku-buku bacaan lain, dalam buku-buku yang biasa ku baca.
Cara bercerita yang mengalir, dapat divisualisasikan denga daya imajinasi membuatku tertarik dengan novel, dan juga hal-hal dan pengalaman-pengalaman si penulis yang kadang dicantumkan dalam novelnya membuatku dapat mengambil pelajaran dari novel tersebut.
Apalagi novel-novel karya Andrea Hirata yang merupakan pengalaman pribadinya..
Intinya, aku berusaha mengikuti hidup seseorang dan mengambil pelajaran-pelajaran dalam hidup yang dijalaninya, yang -walaupun tidak semuanya dan detail, tertulis dalam novel..

Namun walaupun begitu, aku belum memutuskan untuk membaca novel lagi. Hingga aku temukan novel-novel sebagus atau setara dengan novel-novel yang pernah ku baca.
Entah sampai kapan,..

Dan itu artinya..
aku masih blok nonnovel atau.,
mungkin sudah mulai tidak memihak kedua2nya (blok novel dan nonnovel), alias non blok..??

Jumat, 25 Juni 2010

أشكرك الله

Seolah tak percaya bisa melewati masa-masa yang cukup sulit setahun ini,,


Ketika teman-temanku bisa menghadiri perkuliahan seratus persen, aku harus rela izin berkali-kali untuk hal yang tak bisa kutinggalkan di pondok.


ketika teman-temanku menghabiskan akhir pekannya dengan berlibur, berjalan-jalan mengobati kepenatannya, dengan kekasihnya ataupun dengan kesendirian mereka, aku tak pernah bisa merasakan hal itu.


Begitu juga,, ketika teman-temanku menghabiskan uang jajan di kantin atau tempat lain, aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan keinginan itu, demi sebuah penghematan.


Ketika teman-temanku menunggu kiriman dari orang tua mereka tiap akhir bulannya, sekalipun aku tak pernah merasakannya.


Dan,,

ketika teman-temanku bisa fokus pada satu disiplin ilmu yang dipelajari, aku harus berbagi fikiran dengan yang lain.

Jujur aku masih cinta kimia..

Aku ingin menjadi Al-Ghazali yang haus akan ilmu, aku ingin menjadi Ibnu Sina yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu,



Kecewa, saat untuk pertama kalinya dalam hidupku di usir oleh Dosen dari kelas karena sudah sangat amat terlambat,


Malu, saat harus di sebut ‘si tukang telat’ karena selalu telat saat Mata Kuliah pertama karena harus menunggu lama angkutan umum yang tak kunjung datang,


Khawatir saat tak bisa membeli buku kuliah hingga harus berbagi untuk sebuah buku dengan teman setiaku di SMA, Suhendra,

Thanks, dra…!

You’re my best friend


Bingung, saat bagaimana bisa pulang ke pondok karena kehabisan ongkos, hingga terpaksa harus menginap di kost an teman dan mengerjakan makalah teman esoknya untuk bisa pulang.


(sangat) Bosan, saat menunggu berjam-jam di dalam angkutan umum agar bisa penuh karena penumpangnya yang jarang.


Risih, saat berangkat kuliah dengan menumpang mobil dapur yang hendak ke pasar, lagi-lagi demi sebuah penghematan.


Masih ingat, ketika teman-temanku selama minggu tenang menjelang ujian mempersiapkan untuk menghadapi UAS, aku masih di sibukkan dengan pekerjaan pondok hingga malam H-1 sebelum UAS.


Tapi semunya bisa terlewati selama setahun ini, karena katanya tahun pertama itu adalah tahun-tahun sulit yang setelah itu akan terasa lebih mudah.


Puas rasanya bisa kuliah tanpa pernah menyusahkan mamahku dirumah,

Tanpa pernah menjadi beban baginya, tanpa pernah merasa menyusahkannya,..

Tapi bukan berarti ia berlepas tangan dari semua ini.

Tapi justru aku dapat bertahan hingga saat ini, bukan karena apa-apa melainkan karena do’anya yang dipanjatkan setiap malamnya untuk anaknya ini.

Aku tahu itu.

Mungkin dia tidak memberiku bantuan materi, tapi dia memberikanku bantuan yang justru tak bisa tergantikan oleh materi.


Terima kasih mah, yang membuatku bertahan hingga detik ini..


Aku bersyukur sekali.


Kadang ku tak percaya bisa bertahan hingga saat ini.


Asyukuruka Ya Allah.,

Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wahusni ‘ibadatik…

Rabbana auzi’na an nasykuro ni’mataka allati an ‘amta ‘alaina wa’ala waalidaina wa anna’mala shoolihan tardhoh wa adkhilna birohmatika fi ‘ibaadika asshoolohin.


(Refleksi Kuliah di Tahun Pertamaku)

Rabu, 26 Mei 2010

motivasi

“Allah itu Maha Adil kok, syukuri aja apa yang di kasih Allah”
Ucap seorang supir sebuah angkutan umum pada Penulis yang seolah baru mendengar kata-kata itu.
Kalimat itu benar-benar seperti belum pernah Penulis dengar sebelumnya.
Suatu hal yang baru rasanya dalam hidup.
Padahal, Allah Maha Adil, Allah Maha Pengasih, Syukur dan menikmati apa yang diberi adalah hal-hal yang telah dikenal Penulis sejak kecil.

Perjalanan yang cukup singkat, tidak lebih dari 10 menit menuju kampus, benar-benar berbekas di hati Penulis.
Walau sebenarnya tak banyak yang dibicarakan, tapi si Bapak yang telah beruban itu, sambil tatapan matanya tetap kedepan memperhatikan jalan, seolah memberikan ‘wejangan’ sebagai motivasi diawal hari Penulis menuju tempat menuntut ilmu.

Entah siapa nama supir angkutan umum yang kelihatan sudah renta namun masih terlihat bugar itu, tak Penulis tanyakan. Tapi yang jelas pagi itu, satu hal yang di dapat; bahwa motivasi, perhatian, penghargaan dari orang lainpun sangatlah penting.

Walau sebenarnya kata-kata tadi sering di dengar dan diketahui Penulis, namun ketika kata-kata itu keluar dari mulut orang lain akan terasa lebih maknanya.
Apalagi jika orang tersebut orang yang spesial.

Karena katanya, manusia punya yang namanya “need of admiration”, kebutuhan dasar untuk di perhatikan, dihargai, dipuji.

Beruntunglah orang-orang yang sering mengalah untuk kemudian memuji, menghargai, menyanjung orang lain.(dengan catatan tidak mengada-ada dan jujur)
Memberi motivasi dan dukungan kepada orang lain.
Karena dia telah membuat orang lain bahagia, damai, tentram dan menjadikan orang lain lebih siap untuk menjalani hidup.
Ayo hargai dan beri dukungan orang lain..!

Rabu, 14 April 2010

Tidakkah Kau Tahu...

Kemaren ceritanya pulang, dan sempet ngobrak-ngabrik buku-buku terpendam gitu. Dan saat ku buka buku tipis lapuk yang baru kusadar bahwa itu ternyata my most secret book, kutemukan sebuah lembaran yang membawaku ke 2 setengah tahun yang lalu, saat dimana kubaca lembaran itu didepan teman-teman seangakatanku. Yang kemudian membuka kembali kenanganku akan makna yang telah terpendam dan menjadi memori tak terlupakan itu....

Kubaca catatan kecil di secarik kertas itu,

Ku resapi tulisan di sobekan kertas yang hanya setengah itu,

Ku fahami makna yang tercantum di kertas lusuh itu,

Kubaca…

Kubaca …

Dan aku pun seolah tak berada di tempatku berdiri…

“……..

Tidakkah kau tahu …………………untuk cinta pada-Nya

Tidakkah kau tahu perkumpulan mengajarimu untuk menghargai

Tidakkah kau tahu percakapan mengajarimu untuk menahan emosi

Tidakkah kau tahu perintah mengajarimu bertanggung jawab

Tidakkah kau tahu mahkamah mengajarimu untuk ikhlas

Tidakkah kau tahu mesjid mengajarimu untuk tidak riya

Tidakkah kau tahu kamar mengajarimu bertoleransi

Tidakkah kau tahu lapangan mengajarimu merenung pd-Nya

Tidakkah kau tahu teman-teman mengajarimu menyesuaikan diri dg karakter mereka"


Aku menarik nafas sejenak…,

Dan ku balikkan kertas itu lusuh itu.

"………………….kelas mengajarimu ilmu dunia

Tidakkah kau tahu tandziful am mengajarimu bekerja keras

Tidakkah kau tahu paksaan mengajarimu menerima sesuatu yang pahit

Tidakkah kau tahu senam pagi mengajarimu untuk tidak egois

Tidakkah kau tahu bergaul mengajarimu sopan santun

Tidakkah kau tahu belajar malam mengajarimu berkomitmen

Tidakkah kau tahu titipan mengajarimu kejujuran

Tidakkah kau tahu CMBBS mengajarimu segalanya…… Kawan…!


for my self and

for all my beloved friends 1st graduate

CMBBS, Sabtu, 27/10/ -07M 15/10/ -28H"


dan mata inipun hampir menitikan air mata.

berkaca-kaca..

Entahlah kenapa..,

Tak kuasa untuk menahan emosi yang tak dapat kuuraikan dengan kata-kata, yang hanya dengan air mata mungkin bisa. Diriku tak mampu untuk mengembalikan masa itu, walau sebenarnya ku sangat ingin.

Kata-kata dari seorang ustadzkupun terngiang kembali, "Do it know and take it later".

Kata-kata yang mengajariku untuk melakukan perbuatan baik saat ini yang justru dampaknya tak dirasakan pada saat yang sama.

Tapi suatu saat nanti.

Dalam bentuk dan wujud berbeda.


(ah..! speechless. Sebenarnya masih banyak yang ingin diungkapkan, tapi sulit ditulisnya.

Ini nih yg namanya, terasa iya terungkapkan tidak..!)



Sabtu, 03 April 2010

cintai sekedarnya, benci sepatutnya.

Benarlah sebuah mahfudzot (kata mutiara bahasa arab) yang berbunyi “ahbib habiibaka haunan maa ‘asaa an takuuna baghiidhoka yauman maa, wa abgidh bagiidhoka haunan maa ‘asaa an takuuna habiibaka yauman maa”.

Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, karena bisa jadi dia akan menjadi musuhmu suatu saat nanti, dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, karena bisa jadi dia akan menjadi kekasihmu suatu saat nanti.


Mahfudzot itu mengajarkan kepada kita untuk tidak mencintai dan membenci secara berlebihan.

Untuk itulah agamapun melarang untuk menjadi orang yang fanatik (mencintai berlebihan) terhadap sesuatu.

Begitu pula dalam hal membenci sesuatu dan/atau seseorang.


Ternyata hal ini berlaku tidak hanya dalam persoalan kekasih dan musuh, tetapi dalam mencintai/tidak mencintai segala hal.

Entah itu hobi, kesukaan terhadap makanan, minuman, warna, atau apapun itu.

Karena bisa jadi kita menyukai sesuatu hari ini, tapi entah tak ada yang tahu jika kita akan berbalik membencinya suatu saat nanti.

Dan begitu pula sebaliknya.

Alangkah lebih baiknya kita tidak mencintai sesuatu secara berlebihan, fanatik istilahnya dan membenci sesuatu berlebihan pula, anti sebagian orang menyebutnya.

Apapun itu..!
karena bisa jadi suatu saat keadaan itu akan
berbalik.

Dan jika waktu itu benar-benar tiba, kita akan malu untuk mengakuinya dan berusaha untuk menutup-nutupi dan menyembunyikannya.

Atau mungkin kita akan mengakuinya dengan mencari seribu alasan yang terkadang kita akan berbohong (mau tak mau untuk menutupi rasa malu) agar orang-orang menerima alasan yang masuk akal dan dapat diterima mereka.


Hal itulah yang menjadi pengalaman Penulis saat ia menjadi salah satu calon sarjana ekonomi.

Padahal saat SMA dulu tak pernah terfikir dalam benaknya sekalipun untuk menjadi seorang calon ekonom.

Saat membaca koranpun, jika telah tiba pada kolom bertulisakan EKONOMI DAN BISNIS, tak pernah ia baca sedikitpun berita di dalamnya.

Ia tak suka pada ekonomi tapi tak pernah ia begitu membenci atau anti terhadap ekonomi.

Andai saja ia benci atau anti saat itu, mungkin saat ini ia takkan bisa menerima apa yang ia jalani saat ini. Atau kemungkinan lainnya, ia menerima dengan penuh keterpaksaan dan mencoba mencari sebuah alasan agar orang-orang yang bertnya, “lho bukannya kamu dulu benci ekonomi??” dapat di jawab dengan jawaban yang mungkin menjurus pada kebohongan. Atau bahasa gaulnya, ngeles..!


Seperti itulah dunia..

(lho..???)

Selasa, 23 Maret 2010

moving.. moving..!

“Cerpen Kimia: Catatan Harian Natrium (1)”
“Diktat Kuliah Pengantar Akuntansi”
“The English Grammer”
Ku pandangi judul-judul tulisan yang
tergantung di atas meja belajarku itu.
Dibawahnya,
tepat diatas mejaku,

Mulai dari "The Holy Qur'an" yang paling tebal, sampai
"Qiro'atu Ar Rosyidati" yang paling tipis, berjajar bersama buku-buku lain yang menghabiskan dua pertiga panjang meja tersebut.

Semuanya 'terpaksa' ku angkut bersama yang lainnya yang ada dalam rak buku di sudut kamar yang telah ku tinggali hampir dua tahun ini.
Lemariku bersama segala apa yang ada didalamnyapun tak lupa akan menyusul.

Kamar berukuran 2 x 6 m yang disekat hingga kemudian menghasilkan dua buah buah ruang seukuran 2 x 3 ini dengan berat hati kutinggalkan.

Gubuk ustadz uci, begitulah para santri menyebutnya, telah menemani kesendirianku selama ini, telah menjadi tempat perenungan dan tempat pelampiasan kepenatanku sepulang kuliah atau mengajar.
Tapi sayang, kini dia harus kutinggalkan.

Bagiku, bangunan panggung berbilik yang selalu didatangi nyamuk setiap malam dan juga kadang dimasuki kodok dari bawahnya ini, hhe.., sangat begitu berarti bagiku.
Karena dia adalah kamar pribadi pertamaku.

Semenjak kecil aku selalu tidur dengan mamahku, hingga menginjak SD bahkan sampai kelas 1.
terdengarnya sedikit manja memang, tapi begitulah kenyataannya.

Ketika SD tidur dikamar kakakku yang terkadang menjengkelkan dan sering terjadi keributan karena dia memang musuh bebuyutanku, hhe.. (saat itu).
Kadang juga tidur dikamar mamahku, atau sesekali tidur bersama mendiang nenekku.

Begitu pula saat SMP, satu ruang tiga fungsi.
Saat siang menjadi tempat menerima tamu, setelah maghrib menjadi tempat mengaji dan ngobrol-ngobrol anggota keluarga atau tetangga, dan setelah menjelang tengah malam kusulap dengan dua helai tikar menjadi tempat tidurku.

saat SMA mungkin sedikit lebih baik, karena aku sudah punya kamar dan lemari sendiri walau harus berbagi dengan 4 sampai 6 manusia yang punya karakter berbeda-beda.
(cuma kamar, lemarinya kagak berbagi)

dan setelah lulus SMA lah yang paling baik, karena aku sudah punya kamar pribadi.
(walau sebelumnya aku harus berbagi dengan seorang teman untuk beberapa lama)

di kamar pribadiku,.

ku bisa berbuat semauku,
mengatur posisi lemari, meja, rak buku sesukaku,
menempelkan berbagai guntingan koran semauku,
menggantungkan berbagai artikel dan fotokopian sekehendakku,
menulis dan menempelkan tulisan-tulisan jelekku,
bahkan membuatnya seperti kapal pecahpun bisa kalau mau.
ku bisa berbuat apapun.
melakukan apapun.
karena ini adalah milikku seorang.

Tapi itu kemarin dan sebelum-sebelumnya,
karena mulai malam ini, hingga seterusnya sampai waktu yang tak bisa ditentukan, aku tak bisa lagi sebebas itu. Karena kini aku akan tinggal dengan dua orang ustadz lain yang akan tinggal bersama di tempat yang tak jauh dari kamarku ini.

Setidaknya aku akan terikat dengan peraturan -yang memang tidak di buat secara tertulis, tapi peraturan yang telah mengikat secara moral.

Tapi walaupun begitu, kamar baruku sedikit lebih baik.
Minimal ketika makan dan mandi atau berwudhu, aku tak harus menempuh jarak sekitar lima puluh meter dengan berjalan kaki.
kalo makan mungkin tidak jadi masalah, tapi
yang membuatku sangat amat malas adalah mengambil wudhu untuk bangun malam.
sekarang semoga setan akan sedikit lebih alot untuk menggodaku.
Dan kemudian aku akan bisa belajar lebih banyak tentang amil dan jurumiyah, karena teman sekamarku adalah ahlinya.

dan seperti biasanya, kuselalu memanjatkan do'a dalam setiap pergantian kamar;
"semoga dengan kamar baru, teman baru dan suasana baru, bisa menjadikan semangat ini terperbaharui."

tapi sebelum aku meninggalkan kamar tercintaku ini, malam ini untuk terakhir kalinya, aku ingin tidur bersama nyamuk-nyamuk yang telah setia menemaniku selama ini.
hhe...

Rabu, 03 Maret 2010

3

Di penghujung tahun 2009,
Selepas shalat maghrib di depan rumah pamanku di daerah Baduy, kami rombongan yang hendak ke Baduy esok harinya, berdiskusi tentang sebuah masalah di CMBBS.
“... pokonya sampe sekarang ana di CM, udah tiga kali kejadian kaya gitu.” tutur salah seorang dari kami.
Dan kata-katanya itulah yang kemudian menginspirasiku hingga sebuah tulisan sederhana berhasil kubuat.


3 bulan kemudian,
Hari ini, tanggal 3 bulan ke-3,
3 bulan menjelang kelulusan siswa-siswi kelas 3 yang merupakan angkatan ke-3 CMBBS -itu artinya CMBBS akan menelorkan alumninya yang ke-3, kucoba tuk menulis (lebih tepatnya memposting) tulisan yang kumaksudkan tadi.

Kalian boleh menyebut judul tulisanku ini dengan tiga, three, tsalaatsah, tre, san, tilu, telu, atau apapun itu. Tapi yang jelas, tulisan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan salah satu nama operator telepon seluler di Indonesia.
Hhe...
Ini adalah tulisan ke-3 ku yang berkaitan dengan CMBBS setelah “Fakta-Fakta SDC” dan “Kontradiksi”, (kontradiksi ke-3ku telah ku posting 3 hari yang lalu,).
Tapi hal itu bukan alasanku menjadikan angka yang dianggap keramat itu menjadi judul tulisanku kali ini.

Mau tahu kenapa tulisan ini ku beri judul seperti yang tertera di awal tulisan ini??

OK..!
Let’s begin..!
Jadi begini,
Cahaya Madani Banten (Boarding School) atau CMBBS, walaupun lebih terkenal dengan nama Cahaya Madani atau Sekolah Unggulan, atau mungkin siswa-siswinya lebih senang dengan sebutan CM saja, tapi pada hakikatnya nama sekolah ini hanya terdiri dari 3 kata, yaitu:
Cahaya,
Madani, dan
Banten..
Hanya itu!
karena kata Boarding School hanyalah sebuah keterangan bahwa sekolah milik propinsi Banten ini menganut sistem berasrama. Sama halnya dengan sekolah-sekolah lain yang menganut sistem berasrama, selalu ditambahkan kata tersebut.

CMBBS sendiri pernah dikepalai oleh 3 orang berbeda dengan 3 istilah nama kepala yang berbeda pula.
Bapak Iwan Kusuma Hamdan, MA. sebagai Direktur SMA CMBBS,
Bapak Drs. Supriyatna sebagai Plt Kepala Sekolah SMAN CMBBBS,
Bapak Drs. Adin Wahyudin, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah SMAN CMBBS.
Dan tahu tidak? Pergantian ke-3 nya itu terjadi kurang dari 3 tahun.

Hingga di usinya yang hampir menginjak 60 bulan (kelipatan 3, hhe.. maksa..), yang masih dikatakan muda untuk sekolah RSBI. ternyata ada 3 negara yang pernah dikunjungi oleh 6 siswa-siswi CMBBS (kelipatan 3 jg..).
United States of America (USA) oleh Nanda Fauziyana dalam Exchange Student,
Singapura oleh Iyus Yusuf, Urfi Syifa Urrohmah dan Farah Nurul Maulida dalam Bazaar Expo, dan
Jepang oleh Yayang St Rohmah dalam Nippon Jambore serta Reggina Ivanovna dalam Jenesys Japan East Asia Network for Student and Youths.

Dan ada 3 negara juga yang pernah di kunjungi oleh 3 orang guru (kita nyebutnya ustadz) yang ke-3 nya kini sudah tidak berada di CM lagi.
Ust. Asep Rachmatullah ke Boston, USA.
Ust. Dadang Media Laksana ke Jepang, dan
Ust. Bahrudin atau Ust Adhien ke Singapura.

Dan satu lagi, ada 12 orang asing dari 9 negara ( dua2nya kelipatan 3 lagi... hhee) yang datang ke CMBBS.
Mr. Maidin B. Packer, Menteri Perumahan dari Singapore,
Mr. William Ryan dari Virginia, USA.
Miss Velocity dari Australia,
Syekh Abdurrohman dari Mesir,,
Dua orang dari Hawai, USA, -lupa namanya, yang masih inget kasih tahu, pertemuannya yang di gubuk itu tuh...! (sekarang Saung Madani)
Dua orang entah dari mana, yang kuyakini mereka dari timur tengah.
(fotonya bisa dilihat di albumku -FB.red)
Mr. Fatih Yildirim dan Mr. Ramazan Ay dari Turki,
Mr. Azman dari Singapura, dan
Pengusaha muda dari India.
Yang terakhir ini berkesan sekali bagiku, karena saat ini kata-katanya masih kuingat hingga detik ini,
“if You know, say I know!
If You don’t , say I don’t know..!”
dengan menggebu dan berapi-api ia sampaikan pesannya itu.

Kemudian,...
CMBBS pernah mengalami 3 kejadian buruk sejak berdirinya hingga saat ini, yang ke-3nya bermodus sama, pencurian komputer.
Pertama tahun 2005 (tanggalnya tak tahu. tak ada data, tapi seingatku hari Rabu akhir tahun 2005), kurang dari 30 komputer raib di gondol maling.
Kedua awal 2008, tepatnya Senin 7 Januari, ruang multimedia yang berisi 19 komputer kembali berhasil dibobol maling.
Dan yang ke-3, Kamis dinihari, 17 Desember 2009, 7 Komputer jinjing alias laptop kembali harus menjadi milik Sang Maling.
(kenapa Sang Maling dzholim ke yang lagi nuntut ilmu ya?
Kenapa ga ke para koruptor aja tuh...! hhe..)
Dan jika diperhatikan ke-3 nya terjadi di bulan-bulan yang berdekatan, Desember dan Januari.
Dan sampai saat ini ke-3 nya tidak diselesaikan hingga tuntas!


Selanjutnya,,,
Selain Penulis, saat ini Alumni CMBBS bejumlah 90 orang (kelipatan 3)
Dan setelah dihitung, mereka tersebar di 36 Perguruan Tinggi (kelipatan 3) baik negeri maupun swasta di Indonesia.
(Yang ingin menambahkan atau mengoreksi, dipersilahkan.
Siapa tahu salah ngitung.
Tapi yakin kok udah bener..,)

Berikutnya,,
Siswa-siswi CMBBS merupakan putra-putri terpilih Banten yang terbagi kedalam 6 konsulat (kelipatan 3),
Konsulat Pandeglang,
Konsulat Lebak,
Konsulat Serang,
Konsulat Cilegon Kota,
Konsulat Tangerang, dan
Konsulat Tangerang Kota.
Tapi entah tahun depan mungkin akan bertambah karena seperti yang kita tahu, kini Serang dan Tangerang telah memekarkan diri menjadi Serang Kota dan Kota Tangerang Selatan.

Setahun yang lalu, di kelas 3 ada 3 akhwat yang namanya sama.
Desi Irmayanti alias Kichie,
Desie Surachman alias Deseh, dan
Desy Sunandy alias Echi..

Dan di CM ada pula 3 orang Rizki yang dari ke-3 nya tak satupun dipanggil rizki.
Rizki Iskandar dengan panggilannya Iskan atau dikalangan teman-temannya lebih terkenal dengan sebutan kingkong,
Rizki Fauzi dengan panggilannya Fauzi, dan
Rizki Bachrudin dengan panggilannya OB!
(yang ini ke-3 ini memang aneh, mau tahu alasannya kenapa dia dipanggil begitu? tanya aja orangnya langsung! hhe..)

Trus sepengetahuanku, di angkatan 3 ada 3 orang sahabat yang kemana-mana selalu ber-3.
Ke-3 nya tak jauh beda, sikapnya, kelakuannya, bentuk tubunya (sorry..! bukan maksud, hha...), wajahnya dan gokilnya juga (piss..!).
Mereka itu kemana-mana bareng; belajar bareng, sekelas bareng, kalau main keliatan bareng, lomba KIR juga selalu bareng satu kelompok, sekamar (pernah) bareng, dan mungkin ke kamar mandi juga bareng kali ya??
Hha...
(Kagak lah! Bisa-bisa di nidzhom ntar!)
Merekalah M. Alifa Farhan, Faisal Firdaus dan Rizky Bahrudin

Dan di angkatan 3 juga, ada 3 pasangan yang hari miladnya bersamaan.
Alfi dan Lissa tanggal 1 Januari
Amie dan Ega tanggal 26 Febuari
Juga Aisyah dan Fauzi tanggal 26 Maret

Selanjutnya,,
Hingga saat ini, ada 3 orang siswa yang pernah diamanati sebagai Ketua Organisasi Siswa di CMBBS yang ke-3 namanya berinisial sama dan terjadi selama 3 tahun berturut-turut,
Achmad Anwar Sanusi 2006/2007
Adiluhung 2007/2008
Alfi Fudhola 2008/2009
(Hatrick..! kalau kata anak angkatan 3 mah..)

Kemudian, ada 3 kakak-beradik yang menuntut ilmu di CMBBS.
Mereka adalah,
Solehatin Ika Putri dan Rahmi Suci Ramadhani dari angkatan 2 dan 3,
M. Alifa Farhan dan M. Fathin Fauzan dari angkatan 3 dan 5, dan
Ayu Muhibbatul Fadhilah dan Rahmat Ghazali Shiddiq dari angkatan 3 dan 5 yang pernah membuatku kaget setelah mendengar kabar bahwa ada ikhwan dan akhwat yang makan berdua.
Ternyata mereka toh pelakunya!
Hha..!

Dan yang terakhir, dariku pribadi sebagai Penulis.
Ada 3 akhwat yang namanya berbeda namun kupanggil dengan panggilan yang sama,
“stHi, mana artikelnya?” ke Esthi Ayu Febriyani.
“semangat, stHi..!” ke Istimurti Ciptaningrum.
“stHi, bikin klub kimia di FB yuk..?!” ke Ratu Hasti Fachrunnisa.

Dan tentunya masih banyak keunikan-keunikan yang tersimpan di CM yang ada hubungannya dengan angka 3 atau mungkin dengan angka dan hal lainnya.
Ada yang mau nambahin???

Oya, terakhir satu lagi,
Entah kebetulan atau apa, aku pun tak mengerti,
Orang yang kumaksudkan dipembukaan tadi, adalah seorang akhwat dari angkatan 3 yang dia adalah orang paling muda ke-3 diangkatannya setelah Fadilla Nur’aini dan Westra Tanribali.
Dan kata-katanya itu diucapkan di hari ke-3 dari perhitungan hari kerja, pada tanggal 30 Desember, sekitar 30 jam menuju pergantian tahun baru 2009!
(Hah.. Ada-ada saja ya...!)
Dan tepat pada hari wafatnya Presiden RI yang ke-3 + (3/3)
(hhaha...bener2 maksa!)

Minggu, 28 Februari 2010

KONTRADIKSI (3-habis)

1_

....

....

....

Jika mendengar nama Nurlatifah Umi Oktafiani, pasti angkatan 2 dan beberapa teman dekatnya akan langsung tertuju pada satu kata,

PEPAYA..!! (lho???)


Umi, biasa Penulis memanggilnya, memang suka sekali bin hobi banget alias doyan sekali makan yang namanya buah pepaya.

Kalo mau petisan atau ambil pepaya, jangan pernah ajak dia kalo pengen kenyang.

Entah itu mateng ataupun setengah mateng, Penulis yakin dia takkan membiarkannya tersisa sedikitpun. (hhe… lebay).


Bukan cuma satu, dua buah pun akan habis oleh dia seorang diri.

Ga percaya?

Tanya deh orangnya langsung!

Hebat…hebat….! (plok…plok…plok…!)

Kalo ga dimakan langsung, akan dipetisnya itu pepaya.

Kalo ga sama temen-temannya, sendirianpun dia akan kuat.


Satu lagi yang unik darinya, dia adalah orang yang mempelopori cara belajar ‘estafet’, walau kemudian sepengetahuan Penulis tak ada yang menirunya.

Penulis sebut estafet karena berhenti, kemudian lanjutkan, berhenti sejenak kemudian lanjutkan lagi. Persis seperti lari estafet, hanya bedanya dia sendiri pelakunya.

Selepas Isya seperti biasa dia belajar, tak lama kemudian dia akan tidur, tengah malam nanti dia akan bangun dan belajar lagi, kemudian tidur lagi, tapi tak lama nanti dia akan bangun lagi untuk kembali belajar.

Pokoknya mirip lagunya Almarhum Mbah Surip deh..!

Semangat belajarnya tinggi, dan patut di acungi jempol.

Dia kemudian yang mengingatkan Penulis pada sebuah kata mutiara, “Kualitas hidup sesorang bukanlah pada akhirnya, tapi ada pada prosesnya..!”





Ibonk panggilan kesayangan ibunya dan juga panggilan semua teman-temannya di angkatan pertama. Dan yang mengenal dirinya pasti akan langsung terbayang pada satu kata yang telah menjadi kebiasaannya,

Yaitu TIDUR..!


Ga di asrama, ga dikelas, ga di mesjid, ga selepas shubuh, setelah ashar, setelah Isyapun kadang –disaat teman-temannya belajar, kerjaannya adalah tidur.

Tapi yang aneh, kalo ulangan dia itu nilainya selalu besar.

Pokoknya semua ulangan, nilainya selalu lebih besar dari Penulis (kecuali Kimia ya Bonk..hhe.. bangga)

Dan semua teman-temannya baik seangkatan atau lintas angkatan, kalo belajar Biologi lebih banyak ke dia.

Dia adalah mentor pelajaran Biologi bagi Penulis khusunya dan bagi teman-teman angkatan pertama umumnya, ga Putra ga Putri..

Pokonya di mentor Biologi sejati deh..

Tapi kemudian, ada penerusnya, ga jauh beda kelakuan dan otaknya

Persis..!

Mungkin reinkarnasi kali ya..

Muhammad Irfan Hilmy Yusuf alias Ucup angkatan ketiga, Prasetya Ade angkatan kedua juga..!


Ada yang unik lagi dari laki-laki kelahiran Pandeglang awal Januari 1992 ini, dan tentunya kontradiksi dengan Umi juga.

Dia ga suka yang namanya pepaya,dan bukan hanya pepaya, tapi semua jenis buah-buahan tidak dia sukai.

Makanya sudah tak asing lagi dan menjadi sesuatu hal lumrah jika ada pencuci mulut setelah makan, teman-temannya selalu berebut untuk meminta paling awal, termasuk Penulis. Disini diberlakulah sebuah mahfudzot yang terkenal, man jadda wajada. Hahaa…


Pernah suatu hari diperjalanan pulang setelah lomba Olimpiade, dia mengemukakan alasannya kenapa di tak suka makan semua jenis buah-buahan semenjak kecil.

Tapi kemudian saat ini Penulis lupa denga apa yang dia kemukakan saat itu.

Dialah Muhammad Iqbal Nugraha.

Orang yang hobinya tidur dan tak suka semua jenis buah-buahan, (sepertinya ada keterkaitan tuh, buah-buahan dan tidur, boleh jadiin judul Karya Ilmiah)

Bahkan konon, saat ini pun kebiasaannya tidur tidak ia tinggalkan walau sudah duduk di bangku kuliah.

Ia menggunakan pesan dari salah satu ustadzah, “istiqomah adalah lebih baik dari seribu karomah”

Dialah Ibonk, orang yang juga paling muda di angkatannya, namun disegani dalam belajar.

Ini dia, akhwat satu-satunya yang paling seneng berantem dengan Penulis di dunia nyata tapi justru paling akur di dunia maya.



2_

...

...

...


Tri Mega Raesita itulah nama lengkapnya.

Cianjur kota kelahirannya, itupun katanya.

Bayah tempat tinggalnya.

Tapi kok malah Pandeglang konsulatnya.

Akhwat yang menamakan dirinya Sang Awan ini, entah kenapa hingga saat ini Penulis tak pernah tahu, termasuk orang yang perhatian dimata Penulis.

Pernah saat pelipis Penulis sobek karena suatu insiden, ia begitu perhatiannya pada Penulis.

Tapi tunggu, jangan curiga dulu, ia melakukan itu hampir ke setiap orang.

Dan tidak salah jika kemudian ia dipercaya oleh teman-temannya untuk menjadi qismus shihah, bagian yang mengurusi orang-orang yang sakit.

Begitu perhatiannya kepada orang lain, terkadang terlihat berlebihan.

Sampai-sampai Penulis pernah bergumam, “kayanya ni orang lebih perhatian ke orang lain daripada ke dirinya sendiri ya..”





Dedi…

Nama lengkapnya Dedi.

Cuma empat huruf

D

E

D

I

Cukup Dedi.

Dedi Saja.

Dedi Doank..

Tidak lebih.

Hhe..

Mungkin karena namanya yang sedikit itu yang menyebabkan perhatiannya pada orang lain jadi sedikit juga. (menduga-duga)

Lelaki kelahiran ini terkenal sebagai manusia paling cuek di antara teman-temannya.

Makanya jika ada pemilihan ketua panitia, pasti teman-temannya berkonsolidasi dan menggalang kekuatan di belakang (gerakan bawah tanah ceritanya, hhe..) agar dia terpilih sebagai ketua. Dan tanpa sepengetahuannya.

Ini di tempuh agar dia lebih perhatian kepada orang-orang yang dipimpinnya.

Karena kebiasaan ikhwan CM jika ada pemilihan ketua, pasti tak ada satupun yang mau, mengingat beratnya amanat yang harus diemban. Tapi jika sudah terpilih, seberat apapun dan sebesar apapun tanggung jawab yang diterima, pasti akan di laksanakan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab. Dan itu terjadi pula pada pria yang terkenal kadang kocak ini.

Entah mungkin karena sudah watak dan adat seseorang, dan memang mungkin kebiasaannya yang menyebabkan dia selalu terlihat belajar sendiri, dan orang yang paling sering tak di temukan di perkumpulan-perkumpulan dan kegiatan.

Baik kumpul kelas, angkatan ataupun seluruh siswa.

Jadi kesannya terlihat seperti tidak peduli dengan kegiatan yang ada dan apa yang sedang terjadi.

Tapi Penulis yakin, dia tak seperti yang kebanyakan teman-temannya duga, dan saat inipun dia mungkin telah meninggalkan semua itu.

Apalagi saat ini dia telah aktif di salah satu organisasi mahasiswa besar di tempat menuntut ilmunya di Semarang sana.

Dan semoga, dengan keaktifannya itu di bisa menjadi orang yang paling peduli dengan diri sendiri (yang itu sudah pasti), orang lain, masalah-masalah kemanusiaan, deeLeL.


THE END..



Penulis : “Mungkin hanya sedikit yang kuketahui tentang kontradiksi yang ada diantara teman2 dan adik2ku di sekolah yang telah menjadikanku seperti sekarang ini. Semoga ada yang mampir ke blogku ini dan menyempatkan diri untuk membacanya dan syukur2 kalau kemudian menambahkan dan mengembangkannya..”