Rabu, 14 April 2010

Tidakkah Kau Tahu...

Kemaren ceritanya pulang, dan sempet ngobrak-ngabrik buku-buku terpendam gitu. Dan saat ku buka buku tipis lapuk yang baru kusadar bahwa itu ternyata my most secret book, kutemukan sebuah lembaran yang membawaku ke 2 setengah tahun yang lalu, saat dimana kubaca lembaran itu didepan teman-teman seangakatanku. Yang kemudian membuka kembali kenanganku akan makna yang telah terpendam dan menjadi memori tak terlupakan itu....

Kubaca catatan kecil di secarik kertas itu,

Ku resapi tulisan di sobekan kertas yang hanya setengah itu,

Ku fahami makna yang tercantum di kertas lusuh itu,

Kubaca…

Kubaca …

Dan aku pun seolah tak berada di tempatku berdiri…

“……..

Tidakkah kau tahu …………………untuk cinta pada-Nya

Tidakkah kau tahu perkumpulan mengajarimu untuk menghargai

Tidakkah kau tahu percakapan mengajarimu untuk menahan emosi

Tidakkah kau tahu perintah mengajarimu bertanggung jawab

Tidakkah kau tahu mahkamah mengajarimu untuk ikhlas

Tidakkah kau tahu mesjid mengajarimu untuk tidak riya

Tidakkah kau tahu kamar mengajarimu bertoleransi

Tidakkah kau tahu lapangan mengajarimu merenung pd-Nya

Tidakkah kau tahu teman-teman mengajarimu menyesuaikan diri dg karakter mereka"


Aku menarik nafas sejenak…,

Dan ku balikkan kertas itu lusuh itu.

"………………….kelas mengajarimu ilmu dunia

Tidakkah kau tahu tandziful am mengajarimu bekerja keras

Tidakkah kau tahu paksaan mengajarimu menerima sesuatu yang pahit

Tidakkah kau tahu senam pagi mengajarimu untuk tidak egois

Tidakkah kau tahu bergaul mengajarimu sopan santun

Tidakkah kau tahu belajar malam mengajarimu berkomitmen

Tidakkah kau tahu titipan mengajarimu kejujuran

Tidakkah kau tahu CMBBS mengajarimu segalanya…… Kawan…!


for my self and

for all my beloved friends 1st graduate

CMBBS, Sabtu, 27/10/ -07M 15/10/ -28H"


dan mata inipun hampir menitikan air mata.

berkaca-kaca..

Entahlah kenapa..,

Tak kuasa untuk menahan emosi yang tak dapat kuuraikan dengan kata-kata, yang hanya dengan air mata mungkin bisa. Diriku tak mampu untuk mengembalikan masa itu, walau sebenarnya ku sangat ingin.

Kata-kata dari seorang ustadzkupun terngiang kembali, "Do it know and take it later".

Kata-kata yang mengajariku untuk melakukan perbuatan baik saat ini yang justru dampaknya tak dirasakan pada saat yang sama.

Tapi suatu saat nanti.

Dalam bentuk dan wujud berbeda.


(ah..! speechless. Sebenarnya masih banyak yang ingin diungkapkan, tapi sulit ditulisnya.

Ini nih yg namanya, terasa iya terungkapkan tidak..!)



Sabtu, 03 April 2010

cintai sekedarnya, benci sepatutnya.

Benarlah sebuah mahfudzot (kata mutiara bahasa arab) yang berbunyi “ahbib habiibaka haunan maa ‘asaa an takuuna baghiidhoka yauman maa, wa abgidh bagiidhoka haunan maa ‘asaa an takuuna habiibaka yauman maa”.

Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, karena bisa jadi dia akan menjadi musuhmu suatu saat nanti, dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, karena bisa jadi dia akan menjadi kekasihmu suatu saat nanti.


Mahfudzot itu mengajarkan kepada kita untuk tidak mencintai dan membenci secara berlebihan.

Untuk itulah agamapun melarang untuk menjadi orang yang fanatik (mencintai berlebihan) terhadap sesuatu.

Begitu pula dalam hal membenci sesuatu dan/atau seseorang.


Ternyata hal ini berlaku tidak hanya dalam persoalan kekasih dan musuh, tetapi dalam mencintai/tidak mencintai segala hal.

Entah itu hobi, kesukaan terhadap makanan, minuman, warna, atau apapun itu.

Karena bisa jadi kita menyukai sesuatu hari ini, tapi entah tak ada yang tahu jika kita akan berbalik membencinya suatu saat nanti.

Dan begitu pula sebaliknya.

Alangkah lebih baiknya kita tidak mencintai sesuatu secara berlebihan, fanatik istilahnya dan membenci sesuatu berlebihan pula, anti sebagian orang menyebutnya.

Apapun itu..!
karena bisa jadi suatu saat keadaan itu akan
berbalik.

Dan jika waktu itu benar-benar tiba, kita akan malu untuk mengakuinya dan berusaha untuk menutup-nutupi dan menyembunyikannya.

Atau mungkin kita akan mengakuinya dengan mencari seribu alasan yang terkadang kita akan berbohong (mau tak mau untuk menutupi rasa malu) agar orang-orang menerima alasan yang masuk akal dan dapat diterima mereka.


Hal itulah yang menjadi pengalaman Penulis saat ia menjadi salah satu calon sarjana ekonomi.

Padahal saat SMA dulu tak pernah terfikir dalam benaknya sekalipun untuk menjadi seorang calon ekonom.

Saat membaca koranpun, jika telah tiba pada kolom bertulisakan EKONOMI DAN BISNIS, tak pernah ia baca sedikitpun berita di dalamnya.

Ia tak suka pada ekonomi tapi tak pernah ia begitu membenci atau anti terhadap ekonomi.

Andai saja ia benci atau anti saat itu, mungkin saat ini ia takkan bisa menerima apa yang ia jalani saat ini. Atau kemungkinan lainnya, ia menerima dengan penuh keterpaksaan dan mencoba mencari sebuah alasan agar orang-orang yang bertnya, “lho bukannya kamu dulu benci ekonomi??” dapat di jawab dengan jawaban yang mungkin menjurus pada kebohongan. Atau bahasa gaulnya, ngeles..!


Seperti itulah dunia..

(lho..???)