Jumat, 27 Maret 2015

Zina Rasa (?)

Pada sebongkah hati dalam dada atau seonggok daging dalam kepalakah ia berada, itu tak menjadi masalah. Tapi perkara rasa, selalu saja membuatku tersiksa. Rasa rindu pada sesuatu, rasa suka pada seseorang, juga rasa cinta pada entah apa; rasa benci pada sesuatu, rasa iri pada seseorang, juga rasa dengki entah pada siapa. Segala rasa itu mememuhi rongga dada dan (atau?) kepala.

Beberapa kali mereka berada pada dosis yang sewajarnya. Tapi lebih sering tidak. Terlalu berlebihan. Aku kadang merasa bosan dengan segala rasa yang seperti punya nyawa sendiri ini. Iyakah ia bagian dari diriku? Atau barangkali ada jiwa lain dalam jiwaku? Jiwa dalam jiwa.

Aku ini sudah seperti tak belajar agama saja, memiliki rasa pada dia yang belum berhak menerimanya. Bahkan menghambakan diri pada sesuatu yang sebenarnya semu. Kemudian mengkambinghitamkan setan dan rekan-rekannya dalam perkara ini. Aku rasa, untuk saat ini aku tak lagi mau. Bosan rasanya mengkambingkanhitamkan mereka tanpa pernah melihat pada diri sendiri sebelumnya.

Aku kira jikalah kita mengenal zina mata, barangkali dalam rasa pun ada hal yang sama. Maka pada apa yang kualami ini bisa termasuk di dalamnya: zina rasa. Merasakan hal-hal yang tak sepatutnya aku punya. Padahal bukankah hati pun akan dimintai pertanggungjawabannya?

Ah, rasa-rasanya aku harus banyak-banyak bermohon ampun kepada Yang Kuasa.