Selasa, 23 Maret 2010

moving.. moving..!

“Cerpen Kimia: Catatan Harian Natrium (1)”
“Diktat Kuliah Pengantar Akuntansi”
“The English Grammer”
Ku pandangi judul-judul tulisan yang
tergantung di atas meja belajarku itu.
Dibawahnya,
tepat diatas mejaku,

Mulai dari "The Holy Qur'an" yang paling tebal, sampai
"Qiro'atu Ar Rosyidati" yang paling tipis, berjajar bersama buku-buku lain yang menghabiskan dua pertiga panjang meja tersebut.

Semuanya 'terpaksa' ku angkut bersama yang lainnya yang ada dalam rak buku di sudut kamar yang telah ku tinggali hampir dua tahun ini.
Lemariku bersama segala apa yang ada didalamnyapun tak lupa akan menyusul.

Kamar berukuran 2 x 6 m yang disekat hingga kemudian menghasilkan dua buah buah ruang seukuran 2 x 3 ini dengan berat hati kutinggalkan.

Gubuk ustadz uci, begitulah para santri menyebutnya, telah menemani kesendirianku selama ini, telah menjadi tempat perenungan dan tempat pelampiasan kepenatanku sepulang kuliah atau mengajar.
Tapi sayang, kini dia harus kutinggalkan.

Bagiku, bangunan panggung berbilik yang selalu didatangi nyamuk setiap malam dan juga kadang dimasuki kodok dari bawahnya ini, hhe.., sangat begitu berarti bagiku.
Karena dia adalah kamar pribadi pertamaku.

Semenjak kecil aku selalu tidur dengan mamahku, hingga menginjak SD bahkan sampai kelas 1.
terdengarnya sedikit manja memang, tapi begitulah kenyataannya.

Ketika SD tidur dikamar kakakku yang terkadang menjengkelkan dan sering terjadi keributan karena dia memang musuh bebuyutanku, hhe.. (saat itu).
Kadang juga tidur dikamar mamahku, atau sesekali tidur bersama mendiang nenekku.

Begitu pula saat SMP, satu ruang tiga fungsi.
Saat siang menjadi tempat menerima tamu, setelah maghrib menjadi tempat mengaji dan ngobrol-ngobrol anggota keluarga atau tetangga, dan setelah menjelang tengah malam kusulap dengan dua helai tikar menjadi tempat tidurku.

saat SMA mungkin sedikit lebih baik, karena aku sudah punya kamar dan lemari sendiri walau harus berbagi dengan 4 sampai 6 manusia yang punya karakter berbeda-beda.
(cuma kamar, lemarinya kagak berbagi)

dan setelah lulus SMA lah yang paling baik, karena aku sudah punya kamar pribadi.
(walau sebelumnya aku harus berbagi dengan seorang teman untuk beberapa lama)

di kamar pribadiku,.

ku bisa berbuat semauku,
mengatur posisi lemari, meja, rak buku sesukaku,
menempelkan berbagai guntingan koran semauku,
menggantungkan berbagai artikel dan fotokopian sekehendakku,
menulis dan menempelkan tulisan-tulisan jelekku,
bahkan membuatnya seperti kapal pecahpun bisa kalau mau.
ku bisa berbuat apapun.
melakukan apapun.
karena ini adalah milikku seorang.

Tapi itu kemarin dan sebelum-sebelumnya,
karena mulai malam ini, hingga seterusnya sampai waktu yang tak bisa ditentukan, aku tak bisa lagi sebebas itu. Karena kini aku akan tinggal dengan dua orang ustadz lain yang akan tinggal bersama di tempat yang tak jauh dari kamarku ini.

Setidaknya aku akan terikat dengan peraturan -yang memang tidak di buat secara tertulis, tapi peraturan yang telah mengikat secara moral.

Tapi walaupun begitu, kamar baruku sedikit lebih baik.
Minimal ketika makan dan mandi atau berwudhu, aku tak harus menempuh jarak sekitar lima puluh meter dengan berjalan kaki.
kalo makan mungkin tidak jadi masalah, tapi
yang membuatku sangat amat malas adalah mengambil wudhu untuk bangun malam.
sekarang semoga setan akan sedikit lebih alot untuk menggodaku.
Dan kemudian aku akan bisa belajar lebih banyak tentang amil dan jurumiyah, karena teman sekamarku adalah ahlinya.

dan seperti biasanya, kuselalu memanjatkan do'a dalam setiap pergantian kamar;
"semoga dengan kamar baru, teman baru dan suasana baru, bisa menjadikan semangat ini terperbaharui."

tapi sebelum aku meninggalkan kamar tercintaku ini, malam ini untuk terakhir kalinya, aku ingin tidur bersama nyamuk-nyamuk yang telah setia menemaniku selama ini.
hhe...

Rabu, 03 Maret 2010

3

Di penghujung tahun 2009,
Selepas shalat maghrib di depan rumah pamanku di daerah Baduy, kami rombongan yang hendak ke Baduy esok harinya, berdiskusi tentang sebuah masalah di CMBBS.
“... pokonya sampe sekarang ana di CM, udah tiga kali kejadian kaya gitu.” tutur salah seorang dari kami.
Dan kata-katanya itulah yang kemudian menginspirasiku hingga sebuah tulisan sederhana berhasil kubuat.


3 bulan kemudian,
Hari ini, tanggal 3 bulan ke-3,
3 bulan menjelang kelulusan siswa-siswi kelas 3 yang merupakan angkatan ke-3 CMBBS -itu artinya CMBBS akan menelorkan alumninya yang ke-3, kucoba tuk menulis (lebih tepatnya memposting) tulisan yang kumaksudkan tadi.

Kalian boleh menyebut judul tulisanku ini dengan tiga, three, tsalaatsah, tre, san, tilu, telu, atau apapun itu. Tapi yang jelas, tulisan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan salah satu nama operator telepon seluler di Indonesia.
Hhe...
Ini adalah tulisan ke-3 ku yang berkaitan dengan CMBBS setelah “Fakta-Fakta SDC” dan “Kontradiksi”, (kontradiksi ke-3ku telah ku posting 3 hari yang lalu,).
Tapi hal itu bukan alasanku menjadikan angka yang dianggap keramat itu menjadi judul tulisanku kali ini.

Mau tahu kenapa tulisan ini ku beri judul seperti yang tertera di awal tulisan ini??

OK..!
Let’s begin..!
Jadi begini,
Cahaya Madani Banten (Boarding School) atau CMBBS, walaupun lebih terkenal dengan nama Cahaya Madani atau Sekolah Unggulan, atau mungkin siswa-siswinya lebih senang dengan sebutan CM saja, tapi pada hakikatnya nama sekolah ini hanya terdiri dari 3 kata, yaitu:
Cahaya,
Madani, dan
Banten..
Hanya itu!
karena kata Boarding School hanyalah sebuah keterangan bahwa sekolah milik propinsi Banten ini menganut sistem berasrama. Sama halnya dengan sekolah-sekolah lain yang menganut sistem berasrama, selalu ditambahkan kata tersebut.

CMBBS sendiri pernah dikepalai oleh 3 orang berbeda dengan 3 istilah nama kepala yang berbeda pula.
Bapak Iwan Kusuma Hamdan, MA. sebagai Direktur SMA CMBBS,
Bapak Drs. Supriyatna sebagai Plt Kepala Sekolah SMAN CMBBBS,
Bapak Drs. Adin Wahyudin, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah SMAN CMBBS.
Dan tahu tidak? Pergantian ke-3 nya itu terjadi kurang dari 3 tahun.

Hingga di usinya yang hampir menginjak 60 bulan (kelipatan 3, hhe.. maksa..), yang masih dikatakan muda untuk sekolah RSBI. ternyata ada 3 negara yang pernah dikunjungi oleh 6 siswa-siswi CMBBS (kelipatan 3 jg..).
United States of America (USA) oleh Nanda Fauziyana dalam Exchange Student,
Singapura oleh Iyus Yusuf, Urfi Syifa Urrohmah dan Farah Nurul Maulida dalam Bazaar Expo, dan
Jepang oleh Yayang St Rohmah dalam Nippon Jambore serta Reggina Ivanovna dalam Jenesys Japan East Asia Network for Student and Youths.

Dan ada 3 negara juga yang pernah di kunjungi oleh 3 orang guru (kita nyebutnya ustadz) yang ke-3 nya kini sudah tidak berada di CM lagi.
Ust. Asep Rachmatullah ke Boston, USA.
Ust. Dadang Media Laksana ke Jepang, dan
Ust. Bahrudin atau Ust Adhien ke Singapura.

Dan satu lagi, ada 12 orang asing dari 9 negara ( dua2nya kelipatan 3 lagi... hhee) yang datang ke CMBBS.
Mr. Maidin B. Packer, Menteri Perumahan dari Singapore,
Mr. William Ryan dari Virginia, USA.
Miss Velocity dari Australia,
Syekh Abdurrohman dari Mesir,,
Dua orang dari Hawai, USA, -lupa namanya, yang masih inget kasih tahu, pertemuannya yang di gubuk itu tuh...! (sekarang Saung Madani)
Dua orang entah dari mana, yang kuyakini mereka dari timur tengah.
(fotonya bisa dilihat di albumku -FB.red)
Mr. Fatih Yildirim dan Mr. Ramazan Ay dari Turki,
Mr. Azman dari Singapura, dan
Pengusaha muda dari India.
Yang terakhir ini berkesan sekali bagiku, karena saat ini kata-katanya masih kuingat hingga detik ini,
“if You know, say I know!
If You don’t , say I don’t know..!”
dengan menggebu dan berapi-api ia sampaikan pesannya itu.

Kemudian,...
CMBBS pernah mengalami 3 kejadian buruk sejak berdirinya hingga saat ini, yang ke-3nya bermodus sama, pencurian komputer.
Pertama tahun 2005 (tanggalnya tak tahu. tak ada data, tapi seingatku hari Rabu akhir tahun 2005), kurang dari 30 komputer raib di gondol maling.
Kedua awal 2008, tepatnya Senin 7 Januari, ruang multimedia yang berisi 19 komputer kembali berhasil dibobol maling.
Dan yang ke-3, Kamis dinihari, 17 Desember 2009, 7 Komputer jinjing alias laptop kembali harus menjadi milik Sang Maling.
(kenapa Sang Maling dzholim ke yang lagi nuntut ilmu ya?
Kenapa ga ke para koruptor aja tuh...! hhe..)
Dan jika diperhatikan ke-3 nya terjadi di bulan-bulan yang berdekatan, Desember dan Januari.
Dan sampai saat ini ke-3 nya tidak diselesaikan hingga tuntas!


Selanjutnya,,,
Selain Penulis, saat ini Alumni CMBBS bejumlah 90 orang (kelipatan 3)
Dan setelah dihitung, mereka tersebar di 36 Perguruan Tinggi (kelipatan 3) baik negeri maupun swasta di Indonesia.
(Yang ingin menambahkan atau mengoreksi, dipersilahkan.
Siapa tahu salah ngitung.
Tapi yakin kok udah bener..,)

Berikutnya,,
Siswa-siswi CMBBS merupakan putra-putri terpilih Banten yang terbagi kedalam 6 konsulat (kelipatan 3),
Konsulat Pandeglang,
Konsulat Lebak,
Konsulat Serang,
Konsulat Cilegon Kota,
Konsulat Tangerang, dan
Konsulat Tangerang Kota.
Tapi entah tahun depan mungkin akan bertambah karena seperti yang kita tahu, kini Serang dan Tangerang telah memekarkan diri menjadi Serang Kota dan Kota Tangerang Selatan.

Setahun yang lalu, di kelas 3 ada 3 akhwat yang namanya sama.
Desi Irmayanti alias Kichie,
Desie Surachman alias Deseh, dan
Desy Sunandy alias Echi..

Dan di CM ada pula 3 orang Rizki yang dari ke-3 nya tak satupun dipanggil rizki.
Rizki Iskandar dengan panggilannya Iskan atau dikalangan teman-temannya lebih terkenal dengan sebutan kingkong,
Rizki Fauzi dengan panggilannya Fauzi, dan
Rizki Bachrudin dengan panggilannya OB!
(yang ini ke-3 ini memang aneh, mau tahu alasannya kenapa dia dipanggil begitu? tanya aja orangnya langsung! hhe..)

Trus sepengetahuanku, di angkatan 3 ada 3 orang sahabat yang kemana-mana selalu ber-3.
Ke-3 nya tak jauh beda, sikapnya, kelakuannya, bentuk tubunya (sorry..! bukan maksud, hha...), wajahnya dan gokilnya juga (piss..!).
Mereka itu kemana-mana bareng; belajar bareng, sekelas bareng, kalau main keliatan bareng, lomba KIR juga selalu bareng satu kelompok, sekamar (pernah) bareng, dan mungkin ke kamar mandi juga bareng kali ya??
Hha...
(Kagak lah! Bisa-bisa di nidzhom ntar!)
Merekalah M. Alifa Farhan, Faisal Firdaus dan Rizky Bahrudin

Dan di angkatan 3 juga, ada 3 pasangan yang hari miladnya bersamaan.
Alfi dan Lissa tanggal 1 Januari
Amie dan Ega tanggal 26 Febuari
Juga Aisyah dan Fauzi tanggal 26 Maret

Selanjutnya,,
Hingga saat ini, ada 3 orang siswa yang pernah diamanati sebagai Ketua Organisasi Siswa di CMBBS yang ke-3 namanya berinisial sama dan terjadi selama 3 tahun berturut-turut,
Achmad Anwar Sanusi 2006/2007
Adiluhung 2007/2008
Alfi Fudhola 2008/2009
(Hatrick..! kalau kata anak angkatan 3 mah..)

Kemudian, ada 3 kakak-beradik yang menuntut ilmu di CMBBS.
Mereka adalah,
Solehatin Ika Putri dan Rahmi Suci Ramadhani dari angkatan 2 dan 3,
M. Alifa Farhan dan M. Fathin Fauzan dari angkatan 3 dan 5, dan
Ayu Muhibbatul Fadhilah dan Rahmat Ghazali Shiddiq dari angkatan 3 dan 5 yang pernah membuatku kaget setelah mendengar kabar bahwa ada ikhwan dan akhwat yang makan berdua.
Ternyata mereka toh pelakunya!
Hha..!

Dan yang terakhir, dariku pribadi sebagai Penulis.
Ada 3 akhwat yang namanya berbeda namun kupanggil dengan panggilan yang sama,
“stHi, mana artikelnya?” ke Esthi Ayu Febriyani.
“semangat, stHi..!” ke Istimurti Ciptaningrum.
“stHi, bikin klub kimia di FB yuk..?!” ke Ratu Hasti Fachrunnisa.

Dan tentunya masih banyak keunikan-keunikan yang tersimpan di CM yang ada hubungannya dengan angka 3 atau mungkin dengan angka dan hal lainnya.
Ada yang mau nambahin???

Oya, terakhir satu lagi,
Entah kebetulan atau apa, aku pun tak mengerti,
Orang yang kumaksudkan dipembukaan tadi, adalah seorang akhwat dari angkatan 3 yang dia adalah orang paling muda ke-3 diangkatannya setelah Fadilla Nur’aini dan Westra Tanribali.
Dan kata-katanya itu diucapkan di hari ke-3 dari perhitungan hari kerja, pada tanggal 30 Desember, sekitar 30 jam menuju pergantian tahun baru 2009!
(Hah.. Ada-ada saja ya...!)
Dan tepat pada hari wafatnya Presiden RI yang ke-3 + (3/3)
(hhaha...bener2 maksa!)

Minggu, 28 Februari 2010

KONTRADIKSI (3-habis)

1_

....

....

....

Jika mendengar nama Nurlatifah Umi Oktafiani, pasti angkatan 2 dan beberapa teman dekatnya akan langsung tertuju pada satu kata,

PEPAYA..!! (lho???)


Umi, biasa Penulis memanggilnya, memang suka sekali bin hobi banget alias doyan sekali makan yang namanya buah pepaya.

Kalo mau petisan atau ambil pepaya, jangan pernah ajak dia kalo pengen kenyang.

Entah itu mateng ataupun setengah mateng, Penulis yakin dia takkan membiarkannya tersisa sedikitpun. (hhe… lebay).


Bukan cuma satu, dua buah pun akan habis oleh dia seorang diri.

Ga percaya?

Tanya deh orangnya langsung!

Hebat…hebat….! (plok…plok…plok…!)

Kalo ga dimakan langsung, akan dipetisnya itu pepaya.

Kalo ga sama temen-temannya, sendirianpun dia akan kuat.


Satu lagi yang unik darinya, dia adalah orang yang mempelopori cara belajar ‘estafet’, walau kemudian sepengetahuan Penulis tak ada yang menirunya.

Penulis sebut estafet karena berhenti, kemudian lanjutkan, berhenti sejenak kemudian lanjutkan lagi. Persis seperti lari estafet, hanya bedanya dia sendiri pelakunya.

Selepas Isya seperti biasa dia belajar, tak lama kemudian dia akan tidur, tengah malam nanti dia akan bangun dan belajar lagi, kemudian tidur lagi, tapi tak lama nanti dia akan bangun lagi untuk kembali belajar.

Pokoknya mirip lagunya Almarhum Mbah Surip deh..!

Semangat belajarnya tinggi, dan patut di acungi jempol.

Dia kemudian yang mengingatkan Penulis pada sebuah kata mutiara, “Kualitas hidup sesorang bukanlah pada akhirnya, tapi ada pada prosesnya..!”





Ibonk panggilan kesayangan ibunya dan juga panggilan semua teman-temannya di angkatan pertama. Dan yang mengenal dirinya pasti akan langsung terbayang pada satu kata yang telah menjadi kebiasaannya,

Yaitu TIDUR..!


Ga di asrama, ga dikelas, ga di mesjid, ga selepas shubuh, setelah ashar, setelah Isyapun kadang –disaat teman-temannya belajar, kerjaannya adalah tidur.

Tapi yang aneh, kalo ulangan dia itu nilainya selalu besar.

Pokoknya semua ulangan, nilainya selalu lebih besar dari Penulis (kecuali Kimia ya Bonk..hhe.. bangga)

Dan semua teman-temannya baik seangkatan atau lintas angkatan, kalo belajar Biologi lebih banyak ke dia.

Dia adalah mentor pelajaran Biologi bagi Penulis khusunya dan bagi teman-teman angkatan pertama umumnya, ga Putra ga Putri..

Pokonya di mentor Biologi sejati deh..

Tapi kemudian, ada penerusnya, ga jauh beda kelakuan dan otaknya

Persis..!

Mungkin reinkarnasi kali ya..

Muhammad Irfan Hilmy Yusuf alias Ucup angkatan ketiga, Prasetya Ade angkatan kedua juga..!


Ada yang unik lagi dari laki-laki kelahiran Pandeglang awal Januari 1992 ini, dan tentunya kontradiksi dengan Umi juga.

Dia ga suka yang namanya pepaya,dan bukan hanya pepaya, tapi semua jenis buah-buahan tidak dia sukai.

Makanya sudah tak asing lagi dan menjadi sesuatu hal lumrah jika ada pencuci mulut setelah makan, teman-temannya selalu berebut untuk meminta paling awal, termasuk Penulis. Disini diberlakulah sebuah mahfudzot yang terkenal, man jadda wajada. Hahaa…


Pernah suatu hari diperjalanan pulang setelah lomba Olimpiade, dia mengemukakan alasannya kenapa di tak suka makan semua jenis buah-buahan semenjak kecil.

Tapi kemudian saat ini Penulis lupa denga apa yang dia kemukakan saat itu.

Dialah Muhammad Iqbal Nugraha.

Orang yang hobinya tidur dan tak suka semua jenis buah-buahan, (sepertinya ada keterkaitan tuh, buah-buahan dan tidur, boleh jadiin judul Karya Ilmiah)

Bahkan konon, saat ini pun kebiasaannya tidur tidak ia tinggalkan walau sudah duduk di bangku kuliah.

Ia menggunakan pesan dari salah satu ustadzah, “istiqomah adalah lebih baik dari seribu karomah”

Dialah Ibonk, orang yang juga paling muda di angkatannya, namun disegani dalam belajar.

Ini dia, akhwat satu-satunya yang paling seneng berantem dengan Penulis di dunia nyata tapi justru paling akur di dunia maya.



2_

...

...

...


Tri Mega Raesita itulah nama lengkapnya.

Cianjur kota kelahirannya, itupun katanya.

Bayah tempat tinggalnya.

Tapi kok malah Pandeglang konsulatnya.

Akhwat yang menamakan dirinya Sang Awan ini, entah kenapa hingga saat ini Penulis tak pernah tahu, termasuk orang yang perhatian dimata Penulis.

Pernah saat pelipis Penulis sobek karena suatu insiden, ia begitu perhatiannya pada Penulis.

Tapi tunggu, jangan curiga dulu, ia melakukan itu hampir ke setiap orang.

Dan tidak salah jika kemudian ia dipercaya oleh teman-temannya untuk menjadi qismus shihah, bagian yang mengurusi orang-orang yang sakit.

Begitu perhatiannya kepada orang lain, terkadang terlihat berlebihan.

Sampai-sampai Penulis pernah bergumam, “kayanya ni orang lebih perhatian ke orang lain daripada ke dirinya sendiri ya..”





Dedi…

Nama lengkapnya Dedi.

Cuma empat huruf

D

E

D

I

Cukup Dedi.

Dedi Saja.

Dedi Doank..

Tidak lebih.

Hhe..

Mungkin karena namanya yang sedikit itu yang menyebabkan perhatiannya pada orang lain jadi sedikit juga. (menduga-duga)

Lelaki kelahiran ini terkenal sebagai manusia paling cuek di antara teman-temannya.

Makanya jika ada pemilihan ketua panitia, pasti teman-temannya berkonsolidasi dan menggalang kekuatan di belakang (gerakan bawah tanah ceritanya, hhe..) agar dia terpilih sebagai ketua. Dan tanpa sepengetahuannya.

Ini di tempuh agar dia lebih perhatian kepada orang-orang yang dipimpinnya.

Karena kebiasaan ikhwan CM jika ada pemilihan ketua, pasti tak ada satupun yang mau, mengingat beratnya amanat yang harus diemban. Tapi jika sudah terpilih, seberat apapun dan sebesar apapun tanggung jawab yang diterima, pasti akan di laksanakan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab. Dan itu terjadi pula pada pria yang terkenal kadang kocak ini.

Entah mungkin karena sudah watak dan adat seseorang, dan memang mungkin kebiasaannya yang menyebabkan dia selalu terlihat belajar sendiri, dan orang yang paling sering tak di temukan di perkumpulan-perkumpulan dan kegiatan.

Baik kumpul kelas, angkatan ataupun seluruh siswa.

Jadi kesannya terlihat seperti tidak peduli dengan kegiatan yang ada dan apa yang sedang terjadi.

Tapi Penulis yakin, dia tak seperti yang kebanyakan teman-temannya duga, dan saat inipun dia mungkin telah meninggalkan semua itu.

Apalagi saat ini dia telah aktif di salah satu organisasi mahasiswa besar di tempat menuntut ilmunya di Semarang sana.

Dan semoga, dengan keaktifannya itu di bisa menjadi orang yang paling peduli dengan diri sendiri (yang itu sudah pasti), orang lain, masalah-masalah kemanusiaan, deeLeL.


THE END..



Penulis : “Mungkin hanya sedikit yang kuketahui tentang kontradiksi yang ada diantara teman2 dan adik2ku di sekolah yang telah menjadikanku seperti sekarang ini. Semoga ada yang mampir ke blogku ini dan menyempatkan diri untuk membacanya dan syukur2 kalau kemudian menambahkan dan mengembangkannya..”

Jumat, 19 Februari 2010

The Wise Messages

Lewat tengah malem, ga bisa tidur, maenin laptop orang, tiba-tiba ana inget kata-kata dari orang-orang yang begitu berarti dalam hidup ana ampe detik ini..

si mamah, "rek dimana wae hirup, nu penting mah jujur, Ci.."

si kaka, "urang kudu nyieun imah jeung mamah,.."

Abah, "ulah jadi polisi nyah..?!"

alm. Ema, "nu rajin ngaji!"

ka Samil, "ulah ngarokok, maneh..!!"
atau ada lagi kata-katanya yg masih ana inget, pas ana kecil, sore-sore lagi maen bola sama temen, tiba-tiba dari jauh ka Samil teriak, "ngaji..!!!"

bu Dewi, "sing prihatin nya, Ci..." (saat hendak masuk CMBBS)

pa Iwan, "bermimpilah..! mumpung gratis", (beliau yg pertama kali ngajari ana ttg keberanian bwt bermimpi)

ust. Najwa,
"sebaik-baik belajar adalah mengajar" (saat hendak ke Assa'adah)

ana pengen ketemu mereka, pengen ngobrol, pengen berbagi, minta saran, masukan, pengen cerita,,
pengen nangis kalo diizinin mah...!

Kamis, 04 Februari 2010

Hukuman Para Koruptor

Penulis pernah bertanya kepada beberapa teman tentang hukuman bagi para koruptor.
"kira-kira hukuman apa sih yang pantes buat para koruptor?"
"disekolahin lagi aja..!"
cetus seorang teman secepat kilat setelah Penulis selesai mengajukan pertanyaannya.
Semuanya pun tertawa mendengar jawaban itu.
Dan setelah itu topik berganti tanpa membahas kata-kata tadi.


Sederhana memang jawaban salah seorang teman Penulis tadi. Sepertinya dia berbicara tanpa pikir panjang hanya ceplos-ceplos saja tanpa sebuah pemikiran yang dalam.


Bagaimana tidak, disaat sebagian bahkan hampir seluruh rakyat di negeri ini menginginkan para koruptor di hukum seberat-beratnya, hukuman mati kalau bisa, tapi dengan entengnya dia mengatakan agar disekolahkan lagi saja. Pemikiran yang aneh menurut sebagian besar orang.

Tapi setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga apa yang dikatakannya itu, walau memang kedengarannya sederhana dan seperti sebuah guyonan saja.


Orang-orang korupsi atau yang lebih kita kenal dengan para koruptor, yang kebanyakan dari mereka adalah pejabat-pejabat penting negara, adalah orang-orang yang pintar.Lihat saja gelar yang mereka miliki didepan dan belakang nama mereka. Berderet seperti kereta.Semua gelar ada..!
(mungkin yang ga ada cuma almarhum aja kali ya..? hhe...)

Sekolahnya saja dari SD hingga sarjana, atau lebih.
Penulis yakin minimal mereka menghabiskan waktu sekitar 16 tahun untuk menuntut ilmu.Jadi kenapa mereka harus disekolahkan lagi??


Walaupun mereka pintar, memiliki banyak gelar, sekolah bertahun-tahun hingga ada yang ke negeri orang. Tapi sayang seribu sayang, ternyata kepintaran mereka tidak dipergunakan pada tempatnya.
Tidak pada pada hal-hal yang benar.

Mereka memang pinter, pinter 'ngibulin' istilahnya, pinter berbohong, pinter berargumen, pinter mencari alasan untuk membela diri ketika mereka salah, pintar mencuri uang rakyat, pinter bersembunyi dari penglihatan manusia.
Mereka pintar, pintar dalam hal-hal buruk.
Tak pintar dalam berbuat baik.
Mereka tak pintar dalam melayani masyarakat.
Naah..!
Dalam hal ini mereka harus di buat pintar.
Alias harus 'disekolahkan' lagi..!

Kamis, 21 Januari 2010

KONTRADIKSI (2)

Penulis: “dah lama amat ga ngblog, trakhir…… 2009, skarang dah 2010.
wah dah staun yah..!
Sampe
-sampe lupa kalo ternyata ada proyek yang dah lama terpendam di flasdisk ane yang lom di publish lewat ni blog... Hmmm… sorry yang dah nungguin KONTRADIKSI yang ke-2.!
Maklumlah orang sibuk. Hha..!”

(idihh..! PeDe amat
nih orang…! Heee..)

i
ni dia kontadiksi bagian kedua
selamat membaca...


the first couple,,


Penulis hanya mengenalnya dengan nama Sabrina M., tak lebih.

Perkenalanpun terjadi melalui sebuah jejaring sosial sejenis Facebook dan Friendster di dunia maya. Kemudian saling berkirim pesan tanpa Penulis tahu siapa dan bagaimana Sabrina M. ini. Penulis penasaran, maka mulailah ia hunting tuk mencari tahu siapa orang yang dalam foto Jejaring sosialnya hanya seekor kucing bertopengkan boneka berwarna hijau muda. Pokoknya aneh gitu deh….

Hasil pencarian di dunia maya ternyata gagal. Penulis mulai penasararan dan semakin penasaran karena ia bilang, “Orang saya sering ktmu alakh ko Alakh'y aja g knal..”

duh siapa sih nih..?

Penulispun semakin penasaran di buatnya.

Perhatianpun lama tak tertuju padanya, karena Penulis merasa hasil usahanya tak mebuahkan hasil.

Akhirnya tak di sengaja, informasi tentang dirinyapun ditemukan saat survey yang dilakukan langsung ke markas “Sang Target”.

Sempat bingung karena di CMBBS, selain Rina Ratnasari angkatan ketiga, tak ada lagi anak putri yang panggilannya Rina, (panggilan versi Penulis,)

Sabrina yang Penulis kira panggilannya adalah Rina ternyata lebih dikenal dengan panggilan Rani.

Karena huruf M pada namanya adalah kependekan dari Maharani. (pantees di sebut Rani…) dan di tambahkan pula nama bulan kelahirannya di antara kedua namanya itu.

Ya! Sabrina Octavia Maharani!

Orang yang telah membuat Penulis penasaran berbulan-bulan.

Ternyata jangankan di Jejaring sosial atau blog teman-temannya di dunia maya, di laptop teman-temannya sekalipun sangat kecil kemungkinan untuk bisa menemukan foto dirinya. Apalagi jika ingin mencari fotonya yang berpose sendirian. Rasanya tidak mungkin.

(buktinya, Penulis harus berkeliling ke lebih dari 5 anak CM hanya untuk mendapatkan fotonya, dan hasilnya pun ga bagus-bagus amat, liat aja foto disamping. *dapet nge-crop*)

Mungkin satu-satunya foto yang bisa ditemukan, hanya di ada di database CMBBS.

Semua itu dikarenakan dia benci, tidak suka, alergi, Phobia, -atau apalah bahasa lainnya, terhadap yang namanya kamera.

Dia tidak suka dan tidak ingin jika dirinya diabadikan lewat gambar. Dia akan menyingkir atau bahkan kabur jika ada seseorang yang akan mengambil fotonya.

Sebenarnya dia punya dua persamaan denga pernulis, pertama senang dengan warna hijau dan kedua tidak suka jika dipotret, hanya kalau Penulis tidak seanti Sabrina ini.

Pernah dalam sebuah kejadian di sebuah acara, ia berada di depan teman-temannya, sebagai pembawa acara pula. Dan ketika fotografer (baca sie dokumentasi) ingin mengambil gambarnya, dengan spontan dia menghalangi wajahnya dan menolehkan mukanya ke belakang.

Dan hal seperti ini bukanlah hanya sekali dua kali terjadi.

Perempuan yg hampir seluruh keluarganya berdomisili di Bali ini punya alasan yg masuk akal tentang sikapnya itu, katanya, dia ga suka liat hasil foto wajahnya, menurutnya, wajahnya better di liat di cermin daripada di hasil foto.

Unik memang, mengingatkan Penulis kepada Esthi Ayu Febriyani dari angkatan ketiga yang saat ini fotonya bisa di dengan mudah ditemukan. Itu karena dia kini sering ikut dan kemudian menang dalam perlombaan, dan memaksa dirinya harus meninggalkan keantiannya terhadap kamera.

Akankah Rani mengikuti jejak kakak kelasnya itu?

Waktu yang akan menjawabnya…!

Oya, lupa.. dia itu suka banget yang namanya maen game, dan kadang ketika ngobrol dia lebih banyak memperhatikan gamenya daripada wajah yang diajak ngobrolnya.. hhe..

Memang dia itu aneh…

Dan memang seperti itulah kata teman-temannya, perempuan yang aneh.

Hhe…



Muhammad Alifa Farhan.

Ini dia..! kontradiksinya Rani..!

Siapa yang ga kenal dia…

Orang yang paling narsis yang pernah ada di CMBBS.

Kalau lah bapaknya faham Marxisme adalah Karl Marx,

Kemudian bapaknya faham Fasisme adalah Hitler,

Dan bapaknya faham Nasionalisme adalah Soekarno dan Hatta,

Nah.. kalo bapaknya faham Narsisme adalah Alifa... hhe..

Pokoknya laki-laki kelahiran Tangerang 3 September 17 tahun yang lalu ini sangatlah akrab dengan yang namanya kamera. Dan kalo dah ketemu ma kamera, mulai tuh dia beraksi.

Pokoknya jangan pernah deh jadiin dia bagian dokumentasi kalo ada kegiatan.

Kecuali kalo mau tuh kamera bukan penuh oleh foto2 kegiatan, tapi foto2 dirinya..

Ia berhasil menyebarkan faham ini kepada teman2nya, lihatlah para pengikutnya. Sebut saja Adhina Mentari Asri,angkatan ketiga, Nurul Ismaya angkatan keempat adalah orang2 yang takkan pernah bisa diam kalo sudah berada di depan kamera, apalagi kalo itu kamera mereka sendiri yang pegang..

Sudah lah..!!

Jangan berharap penuh dengan foto-foto kegiatan.

(untungnya ada kamera digital, coba kalo kameranya masih jenis kaya dulu, tekor bandar buat cuci cetak..!)

Alifa berkeinginan sekali untuk menjadi seorang kakak yang baik bagi kedua adiknya, Fathin dan Naufal.

Dan dia juga ingin sekali menjadi pemimpin yang menjadi suri tauladan bagi teman-temanya. ia ingin menjadi seorang pemimpin yang menjadi panutan banyak orang.

Karena obsesinya itulah, mungkin kebiasaannya “beraksi” di depan kamera dan menyebarkan faham narsisme tidak akan bisa berhenti dan tidak akan bisa dihentikan.

Karena dia pernah berkata pada Penulis, “...gini al akh, menurut penelitian, (biasal lah peneliti.. ngomonginnya selalu dengan data-data dan fakta-fakta) kebanyakan pemimpin besar itu adalah orang-orang yang narsis”.

Itulah dia Alifa, yang sampai saat ini belum di temukan pengganti kenarsisanya dalam segala hal.

Alif.. Alif..!



Yang Kedua,..


Senangnya musik, hobinya menari dan main musik, kesukaannya segala sesuatu yang berekaitan dengan musik, kuliahnya pun saat ini di jurusan seni musik, dan cita-citanya sejak dulu memang ingin mengembangkan seni musik di Indonesia.

Seluruh hidupnya didedikasikan untuk seni Budaya dan seni Musik.

Pokonya dia tuh seniman tulen deh..!

Annisa Nurhadayati, atau Ninis dikalangan teman-temannya ia biasa dipanggil. Perempuan kelahiran Sumedang 17 tahun silam ini lebih senang Penulis panggil dengan sebutan Neng.

Kadang penulis merasa heran kemudian bertanya, dari siapa darah seninya itu mengalir, sepengetahuan penulis, kedua orang tuanya bukanlah orang yang bergelut di dunia seni.

Tapi aneh anaknya punya jiwa seni yang kuat sekali.

Peka sekali sama yang namanya not-not dalam tangga nada.

Walau diantara teman-temannya banyak yang bisa musik dan seni lainnya, tapi dialah yang sering diandalkan dalam hal seni.

Bahkan suatu saat ketika masih di Cahaya Madani, saat seorang ustadz yang akan mengikuti ajang lomba mencipatakan lagu bergengsi tingkat nasional, Annisalah yang diminta bantuan untuk membuat not balok lagu tersebut karena tak ada seorangpun yang bisa, kecuali dia.

Hingga akhirnya lagu yang dilombakan itu menang di level Nasional.

Memang bakat seninya ini sudah ada semenjak dia kecil. Ketika di SMP pun, (kebetulan Penulis satu sekolah dengannya) ia aktif sekali di kegiatan ekstrakulikuler yang berkaitan dengan kesenian.

Dan suatu hal yang sangat mungkin jika suatu saat ia akan menjadi salah satu seniman terbaik yang dimiliki Indonesia.



Kontradiksi dari Ninis,,.

Orang yang paling dekat dengan penulis, sangat amat dekat. Bahkan satu-satunya orang di dunia ini yang tahu tentang segala hal yang ada dalam diri penulis, entah itu kebiasaan buruk maupun kebiasaan baik. Dia tahu segala-galanya.. sumpah..!

Hhe..

Achmad Anwar Sanusi atau yang lebih dikenal dengan Uchie, merasa kalo darah musik tak mengalir dalam dirinya. Menurut laki-laki yang katanya suka blak-blakan jika bicara, ia tak bisa membedakan mana nada Do, Re, Mi dan kawan-kawannya. Apalagi jika harus diacak dan dibolak-balik, nyerah deh…!

Menurut sumber yang didapat, dalam kekosongannya dia tak suka mendengarkan musik atau lagu-lagu yang ngetrend saat ini.

Menurut pengakuannya pada penulis, dia sulit sekali mengenali nada, menghapal kunci gitar, syair lagu., piano dan alat musik lain, gendang sekalipun..

Dan kadang, bahkan sering sekali ia tidak mengenali suara orang yang dikenalnya lewat telepon. Walaupun orang itu teman dekatnya dan orang yang sering berbincang dengannya sehari-hari.

(itumah bukannya ga punya insting musik, tapi emang budeg aja kali… hha…)

Pernah dalam suatu study tour ke bandung pertengahan tahun 2008, (mungkin angkatan 2 masih ingat ini, terutama Icha, Ian, Agung) dia belajar sebuah lagu mati-matian. Karena selain popular, katanya juga enak untuk didengar.

Dari pertama berangkat dari CM hingga pulang kembali ke CM, dia berusaha belajar lagu yang cukup popular saat itu diiringi dengan gitar. Hingga akhirnya sedikit lancar. Namun apa yang terjadi setelah beberapa minggu kemudian, ia lupa total kunci-kunci lagu tersebut disusul kemudian liriknya pula…!

Tapi yang aneh, dikalangan teman-temanya ia justru dikenal senang bernyanyi dengan suaranya yang sember dan pas-pasan yang kadang mengganggu. Sampai-sampai ada yang menyebut suaranya seperti suara Doraemon udah gede..!

Hha…

Dan yang lebih aneh pula dia adalah salah satu anggota kelompok paduan suara dan selalu dibutuhkan dalam upacara bendera.

Dan yang lebih anehnya lagi, (walau belum bisa dipastikan kebenarannya) dia terkenal senang dengan salah satu jenis musik,

yaitu dangdut..!

APPA????

(ini orang ga jelas amat sih..! seneng apa kagak sebenernya ama musik..??!!)


yang ketiganya., (tapi bukan yang terakhir)


Harus Penulis akui, kalau akhwat yang satu ini salah satu primadona di CMBBS saat Penulis masih disana. Hhe…

Chita Okatviani Putri, akhwat yang tanggal lahirnya bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda ini ternyata senang banget yang namanya kucing.

(mungkinkah ada hubungan antara Sumpah Pemuda dengan Kucing? Hhe..)

Kesenangannya ini memang sejak dari dulu, sejak kecilnya katanya, walau ia tak tahu persisnya kapan itu mulai terjadi. Tapi yang jelas, koleksinya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kucing sangat banyak.

Entah dari yang hidup (kucing itu sendiri maksudnya), hingga yang tidak hidup (boneka misalnya).

Imut, lucu, ngegemesin, begitulah kucing dalam pandangannya.

Sebenernya banyak sekali anak CM yang menyukai kucing, mulai dari angkatan 1 hingga angkatan 3 (angkatan 4 lom nemuin orangnya). Tapi karena keterbatasan kata-kata dan tempat, tak Penulis tulis semuanya. Anggap saja Chita adalah perwakilan para pencinta kucing di Cahaya Madani.

Hidup Cat Lovers..!!



Nadya Mentari.

Kontradiksinya dari Chita.

Orok menes yang salah satu dari sekian banyak musuh penulis ini (perasaan Penulis seneng cari musuh ya??), phobia sekali dengan yang namanya kucing.

Sebelumnya sih, Penulis punya kandidat lain yang lebih phobia lagi dengan kucing, sebut saja Bu Yanti ibu TU semasa penulis masih SMA. Tapi karena belaiu(wati) bukan murid CMBBS, maka penulis tak mempertimbangkannya.

Atau ada pula anak angkatan 5 yang Penulis lupa namanya. Katanya sangat phobia dengan kucing. Tapi karena Penulis tidak mengenalnya, akhirnya penulis putuskan untuk menjadikan Nadya Mentari, Mahasisiwi UI jurusan Ilmu perpustakaan ini (qismul maktabah sejati ceritanya) sebagai kontradiksi dari teman seangkatannya, Chita.

Enut, begitulah panggilan yang disenangi Penulis pada dirinya.

Entah sejak kapan ia hobi benci pada hewan yang justru sebagian orang mengganggap lucu dan imut

Menurut pengakuannya, hal ini disebabkan ia membaca sebuah buku.

Buku percakapan jin dengan manusia.

Entah apa isinya.

Tapi yang jelas, semenjak membaca buku itu, ketidasenangannya pada kucing terus tumbuh dan semakin menjadi.

"kucing itu serem, apalagi kalo udah ngeliatin, serasa dikuntit."

begitu menurut pengakuannya.

Dan jika itu terjadi, dia akan lari menghilang dari pandangan sang kucing.

Dengang slogannya “I don’t wanna touch that animal” Nadya terus mempertahankan kephobiaannya hingga saat ini.

bersambung lagi...