Selasa, 17 April 2012

3 dalam 6

"Nasional.Is.Me"

“Indonesia Mengajar”

"Oxford Dictionary"

“Hukum Zakat”

“Your Job is Not Your Career”

“Belajar Mudah Ekonomi Islam”

"Bank Muamalat"

Kupandangi buku-buku itu dan beberapa buku lain yang berjejer disamping mereka. Ku coba mengucapkan terima kasih pada mereka yang telah menemaniku beberapa bulan ini.

Bersama beberapa helai pakaian, kubawa mereka dari satu tempat ke tempat lain, hidup nomaden dari kost-an satu ke kost-an lain, karena memang selama 6 bulan menjadi anak kost-an, setidaknya aku telah menjajal 3 kost-an yang berbeda. :D

Semua ini berawal dari keputusanku 6 bulan yang lalu untuk mencari pengalaman baru, menjajal dunia yang berbeda diluar sana, mencari cara pandang baru, merasakan apa yang selama ini dibicarakan teman-temanku, menjadi mahasiswa yang katanya ‘bebas’. Ya..! menjadi anak kost-an.

Akhirnya semenjak itu ku lewati setiap malamku dengan berbantalkan ‘Oxford Dictionary’ atau terkadang bergantian dengan “Hukum Zakat’ karena terkadang terasa lebih nyaman; beralaskan selembar tikar dari mamahku yang kujadikan salah satu cara merindukannya di rumah; berselimutkan sarung dan sajadah yang juga dipakai untuk shalat; bertemankan seorang aktifis kampus yang jarang pulang; ngobrol ngalor-ngidul hingga larut malam kalaupun ia pulang.

Dan aku lewati setiap siangku dengan bersepeda untuk kuliah atau terkadang berjalan kaki saja; menghabiskan berjam-jam di loper koran belakang kampus yang korannya jarang ku beli; pergi ke perpustakaan mencari pelarian; berlama-lama di mesjid ketika menunggu jam kuliah berikutnya, atau hanya ngobrol tak jelas dengan teman-teman; berlama-lama diwarnet untuk browsing segala hal, tapi setidaknya aku harus membuka; yahoo, google, tumblr, facebook, twitter, dan 4shared, alhasil waktu yang tak boleh lebih dari 2 jam tak kusia-siakan untuk cari info yang bermanfaat; menghabiskan waktu akhir pekan dengan bersepeda keliling Serang, atau bahkan pulang ke Pandeglang; mengais rezeki bersama teman setiaku, Siblu, pada hari-hari tertentu demi sebuah nominal untuk akhir semester, atau mencari pundi-pundi lain hanya untuk makan sehari-hari dan membeli buku; merenung sendiri di kost-an dengan membaca buku, mengerjakan tugas, tidur, ngacak-ngacak kamar, nonton, dan kegiatan abstrak dan tak jelas lainnya.

Apa yang ku alami tak berbeda jauh dengan apa yang dialami anak kost-an dibelahan lain negeri ini pada umumnya. Tapi yang jelas bagiku, melewatkan malam dan siang dengan kegiatan yang berbeda itu membawa pengalaman baru, memperbanyak pelajaran baru, menambah pemikiran-pemikiran baru, menemukan cara pandang baru, dan membuatku lebih tersadar untuk merenungi tentang kehidupan ini lebih jauh, walau sebenarnya sulit untuk di fahami. Tapi setidaknya semua itu lebih membuatku bersyukur terhadap segala nikmat yang telah diberikanNya padaku.


Serang, 01 Maret 2012

Kebermaknaan


“Kamu tahu ngga, setelah kita keluar dari bank dulu dan berpisah, aku berpindah dari satu dompet ke dompet lain. Dari dompet para eksekutif, dompet pejabat, hingga dompet para pengusaha telah aku singgahi. Aku berpindah dari satu toko ke toko lain. Dari toko swalayan, toko elektronik, toko perhiasan mewah, hingga showroom mobil telah aku rasakan. Tempat sehari-hariku adalah pusat-pusat perbelanjaan, hotel-hotel berbintang, hingga arena perjudian. Pokoknya semua tempat mewah aku kelilingi deh..! Hingga kemudian aku kembali lagi ke bank. Tapi itu ngga lama karena setelah itu aku diambil lagi lewat ATM, dan kembali merasakan kemewahan-kemewahan tadi. Makanya aku keliatan masih bersih, rapi dan tentunya keliatan masih baru.” Cerita selembar uang seratus ribu rupiah pada selembar uang seribu rupiah yang dipertemukan kembali dalam dompet seseorang setelah mereka terpisahkan begitu lama semenjak mereka keluar dari bank dulu. Seratus ribu terlihat begitu bangga dengan ceritanya itu. Ia kemudian bertanya pada kawannya, seribu, tentang nasibnya.
“Bagaimana denganmu, Seribu? Kau nampak begitu lusuh? Memangnya kemana saja kau selama ini?” Seratus ribu ingin tahu.
Sebenarnya seribu iri dengan cerita kawa lamanya itu, dia minder. Tak ingin ia bercerita tentang nasibnya. Tapi dengan penuh kepercayaan diri, dia bercerita, “Setelah keluar dari bank dulu, aku cukup bertahan lama didompet seseorang yang begitu sederhana. Tapi setelah itu lebih banyak diselipkan di kantong celana atau baju. Aku berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Aku berkeliling mulai dari tukang parkir, pedagang kaki lima, pedagang asongan, anak kecil, pelajar, mahasiswa, pengamen hingga pengemis. Hanya sesekali aku ada dipusat perbelanjaan. Aku lebih sering ada di pasar-pasar tradisional, pedagan kaki lima, angkot-angkot, tukang becak dan tukang ojeg. Keberadaanku begitu diidam-idamkan oleh para pengamen. Aku menjadi benda yang begitu diharapkan dan diminta-minta oleh para pengemis. Dan salah satu yang membuatku bahagia, aku dapt berkeliling dari satu mesjid ke mesjid lain, menjadi amal shodaqoh para jama’ah, terutama hari Jum’at. Aku menjadi senjata ampuh bagi mereka. Tapi terkadang aku juga jatuh begitu saja di jalanan, hingga tangan pengemis memungutku. Begitulah aku, makanya aku kotor dan lusuh seperti ini.”
Mendengar cerita tersebut, seratus ribu tiba-tiba berbalik iri pada apa yang telah dialami temannya, seribu. Perumpamaan seperti cerita tersebut sering kita temukan keberadaannya disekitar kita, atau bahkan terjadi pada kita sendiri. Kita terkadang begitu bangga dengan kebesaran kita, bangga dengan jabatan yang begitu tinggi, bangga dengan status sebagai seseorang yang begitu besar, bangga dengan harta yang begitu melimpah. Tanpa pernah kita bertanya sudahkah kita bermakna dengan kebesaran kita itu? Pernahkah kita berbuat untuk kebaikan sesama dengan tingginya jabatan kita itu? Sudahkah kita berbagi dengan harta yang melimpah kita itu?
Kita justru kalah oleh orang-orang yang sebenarnya kecil, tapi begitu berarti bagi lingkungannya. Mereka kecil tapi begitu berarti bagi masyarakatnya. Mereka tak pernah mencuat ke permukaan tapi begitu bermakna bagi sekitarnya. Mereka tak terkenal bahkan dan dikenal namun kontribusi mereka begitu besar bagi sesamanya.
Maka sesungguhnya kawan, hidup ini bukan bagaimana menjadi besar, tapi bagaimana menjadi bermakna..

Rabu, 11 Januari 2012

Teknis #BebersihBaduy


Teknis #BebersihBaduy
1. Ikatkan kantong plastik yang kamu bawa di tali gendongan tas sebelah kiri atau kanan. (ditempat yang dirasa nyaman, mudah dijangkau, dan ngga bikin ribet).
2. Bawa plastik itu bersamamu sepanjang perjalanan dari Baduy luar menuju Baduy dalam hingga kembali lagi.
3. Punguti sampah yang kamu temukan sepanjang perjalanan. Ga harus semua ya? Kalo semua yang kamu punguti, kamu harus bawa karung deh kayanya :D (sampah yang dimaksud disini adalah segala jenis sampah berbahan baku plastik).
4. Masukan sampah yang kamu temukan ke kantong plastik yang kamu ikatkan tadi, atau ke kantong plastik milik temanmu.
5. Buang kantong plastik yang sudah terisi sampah ke tempat yang telah disediakan di SDN Bojong Menteng (terletak di pintu gerbang menuju Baduy luar) sepulangnya dari perjalanan ke Baduy.
Baduy adalah warisan budaya untuk anak cucu kita, bukan hanya untuk kita, yuk kita jaga bersama..! :)

Jumat, 16 Desember 2011

#BebersihBaduy

Kita semua tahu apa itu Baduy. Salah satu dari ribuan suku yang dimiliki Indonesia yang berada di daerah pedalaman Banten, di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten lebih tepatnya.
Kita semua tahu bahwa suku ini terdiri dari Baduy Luar dan Baduy Dalam yang keduanya terpisahkan oleh kebun, huma, hutan, sungai, bukit, dan dihiasi kontur pegunungan yang indah sejauh belasan kilometer hingga perlu stamina lebih untuk mengunjungi keduanya.
Kita semua juga tahu bagaimana terisolirnya masyarakat ini (terutama Baduy Dalam), yang kemudian itu justru menjadi keunikan dan daya pikatnya hingga daerah ini menjadi sebuah kawasan wisata budaya.
Kita semua tahu itu.
Tapi tidak semua dari kita tahu berapa banyak pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia ditiap akhirnya pekannya yang datang kesana, apalagi jika masa liburan tiba jumlahnya bertambah berkali lipat.
Tidak semua dari kita tahu tentang berapa banyak sampah yang ditinggalkan pengunjung tersebut disepanjang jalan setapak sejauh 12 km dari Kadu Ketug (Baduy Luar) hingga Cibeo (Baduy Dalam).
Tidak semua dari kita juga tahu akan betapa besarnya akibat yang ditimbulkan dari penyakit manusia ini di masa yang akan datang yang dapat mengganggu kelangsungan hidup mereka, alam mereka dan kita juga.
Dan tidak semua dari kita tahu tentang wacana yang pernah muncul kepermukaan –yang terdengar sedikit gila, bahwa suatu saat nanti Kawasan Wisata Budaya Baduy hanyalah sebuah miniatur yang ditempatkan di Ciboleger (terminal pemberhentian terakhir sebelum ke Baduy, 100 m dari Baduy Luar). Pengunjung hanya dapat melihat daerah Baduy dari miniatur tersebut, tanpa diperbolehkan memasuki kawasan Baduy yang sebenarnya. Hal ini muncul karena kekecewaan masyarakat Baduy atas tindakan pengunjung yang telah merusak lingkungan Baduy, secara langsung maupun tidak. Ini salah satunya dapat terlihat dari banyaknya sampah yang berserakan sepanjang jalan dari Baduy Luar hingga Baduy Dalam.
Tidak semua dari kita tahu itu.
Dari sana saya sadar bahwa kita sebagai bagian dari masyarakat sekitar Baduy harus melakukan sesuatu untuk mencegah wacana gila ini terwujud, atau setidaknya menjaga alam Baduy tetap terjaga tanpa pernah terusak dan terusik oleh perbuatan manusia itu sendiri, hingga anak cucu kita dapat menikmatinya juga.
Saya sadar, ada sesuatu yang harus kita lakukan dan perbuat.
Dan #BebersihBaduy adalah salah satu jawabannya!
Dengan #BebersihBaduy, saya, kamu, rekan-rekanmu dan juga orang-orang yang pernah/sedang/akan menginjakan kaki di tanah ulayat Baduy, ingin bertindak dan berbuat! untuk Baduy!

Jadi, apa itu #BebersihBaduy?
#BebersihBaduy adalah sebuah gerakan. Sebuah tindakan nyata yang dapat kita lakukan saat berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Baduy.

Mengapa gerakan ini muncul?
Seperti yang telah telah dipaparkan diatas, bahwa gerakan ini berangkat dari sebuah keprihatinan terhadap banyaknya sampah yang berserakan disepanjang jalan setapak menuju Kawasan Wisata Budaya Baduy. Dari Kaduketug (Baduy luar) hingga Cibeo (Baduy dalam) sepanjang 12 km.
Dengan kata lain, gerakan ini adalah tindakan pengobatan (atas sikap manusia yang buang sampah sembarangan) sebagai upaya pencegahan terhadapa bencana yang lebih besar yang mungkin tidak pernah kita sangka di masa mendatang.

Siapa yang bisa melakukan gerakan ini?
Gerakan ini bisa dilakukan oleh siapapun, tanpa batas usia mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Mulai dari pelajar SD, SMP, SMA, hingga Mahasiswa, ataupun mulai dari Petani, Supir, Pengusaha, Dosen, Dokter hingga bahkan Presiden. Yang terpenting mereka sedang berkunjung/berwisata ke daerah Kawasan Wisata Budaya Baduy.

Kapan kita bisa melakukan gerakan ini?
Gerakan ini tak terikat waktu, kapanpun kita bisa melakukannya selama kita sedang mengunjungi Kawasan Wisata Budaya Baduy.

Bagaimana melakukan gerakan ini?
Gerakan ini mudah sekali dilakukan. Untuk saat ini, cukup hanya dengan membawa kantong plastik saat hendak pergi ke Baduy, Anda sudah bisa melakukannya. Yang kemudian memunguti setiap sampah yang ditemukan selama perjalanan dari Kaduketug (Baduy luar) hingga Cibeo (Baduy dalam). Begitu juga saat perjalanan pulang.
Dan kantong plastik itu bisa anda manfaatkan untuk menyimpan sampah selama dalam perjalan dan selama Anda menginap di Baduy Dalam.
Setelah kantong plastik tersebut terisi (penuh ataupun tidak), buanglah ke tempat pembuangan sampah didaerah perbatasan Kaduketug (Baduy luar) dengan Ciboleger, tepatnya di SDN 2 Bojong Menteng. Yang selanjutnya akan di bakar dan/atau di daur ulang.
Jika Anda tidak punya waktu ke Baduy dan/atau melakukan gerakan ini, mari beritahu rekan-rekan kita yang hendak berkunjung ke Baduy tentang gerakan ini,. Mudah saja, tinggal katakan ke mereka yang hendak pergi ke Baduy, ‘Mau ke Baduy? Jangan lupa bawa kantong plastik..!’
Atau jika tidak, cukup beritahu mereka tentang pentingnya menjaga kebersihan disana.
Simple kan?
Baduy adalah warisan budaya untuk anak cucu kita, bukan hanya untuk kita, yuk kita jaga bersama..! :)

Selasa, 18 Oktober 2011

moving.moving

Dengan segala hormat dan permohonan maaf kepada pembaca blog ini (dan blogspot tentunya), saya mengalihkan kegiatan tulis-menulis saya ke tumblr.. silahkan kunjungi saya di http://aauchie.tumblr.com/.
Terima kasih..

Sabtu, 26 Maret 2011

Sebuah Jawaban

"pacar sih belum punya,...
hmm...(terdiam beberapa detik)
tapi calon istri udah ada!"

*tertawa ngakak guling-guling

(jawaban atas pertanyaan seorang teman yang memaksaku [selama berhari-hari] untuk memberitahukannya tentang apakah aku sudah punya pacar atau belum)

Sabtu, 15 Januari 2011

Hilang Satu Tumbuh Seribu


Kemarin hari terakhirku UAS di kampus -hal yang selalu membuatku 'berkesan' tiap tahunnya, mulai dari telat saat hari pertama UAS di semester pertama dan berakibat tidak di izinkan masuk :(, juga masih harus pinjam jas almamater saat UAS semester kedua (di kampusku diwajibkan memakai jas almamater saat UAS, -peraturan yang aneh memang), dan di UAS semester yang ketiga ini, aku harus disibukkan dengan persiapan UN 2011 (data anak-anak lah, US 1 lah, DNS lah, DNT lah), sampai-sampai harus kabur dan mengasingkan diri untuk beberapa saat.
hhe..
Hufth..!!
Akhirnya selesai juga UASku.
dan libur semesterpun tiba juga akhirnya, yaaaa walau cuma tiga minggu diselingi mengajar 3 hari di setiap minggunya.
Masih tetap bersyukur di kasih libur sama Pak Rektor yang baik hati..
Tapi eitss..!
Tunggu dulu, selesai satu tugas beberapa tugas masih menunggu di depan sana, (ibarat kata pribahasa, hilang satu tumbuh seribu) dan 3 minggu mungkin ngga bakalan cukup untuk semua itu.
Manusia tidak pernah merasa cukup memang, ckckck...
Dan semua tugas itu akan menghiasi minggu-minggu liburan semesterku tahun ini,
mulai dari;
Persiapan Ujian Nasional 2011 di SMA Plus Assa'adah, karena lagi-lagi aku menjadi sekretaris untuk kepanitian UN tahun ini, dan tahun ini akan berbeda dari UN-UN sebelumnya,.
Kata Pak Nuh melalui Permen nomor 45-nya tahun 2010 tertanggal 31 Desember, bahwa "Kelulusan peserta didik dalam UN ditentukan berdasarkan NA (Nilai Akhir)." Pasal 6 ayat 1, dan "NA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari nilai gabungan antara nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan Nilai UN, dengan pembobotan 40% (empat puluh persen) untuk Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% (enam puluh persen) untuk Nilai UN." Pasal 6 ayat 2nya. Dan juga pasal 5 nya, "Nilai S/M (Nilai Sekolah/Madrasah) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan semester 5 untuk SMA/MA, SMALB dan SMK dengan pembobotan 60% (enam puluh persen) untuk nilai US/M dan 40% (empat puluh persen) untuk nilai rata-rata rapor."
Kemudian kata Blue Print Rakor Sosialisasi Ujian Nasional Dan Komputerisasi Penilaian Hasil Ujian Nasional 2010/2011 di Solo pada tanggal 28 s.d 31 Desember 2010 "Nilai sekolah harus sudah diterima pusat satu minggu sebelum UN" dan bahwa "UN SMA/MA dilaksanakan 18 s.d 21 April 2011".
Beda kaaan??
Rekap nilai raport semester 3,4,5, persiapan UAS, rekap nilai UAS, penyetorannya ke pusat, semuanya harus dilakukan sebelum acara -yang menurutku milik Depdiknas ini digelar.
Ini agenda yang besar, dan juga akan menyita perhatian cukup besar.
Bukan hanya aku, tetapi semua orang yang ada (dan berkepentingan) di dunia pendidikan di negeri ini.
Kedua, 'mengawal' Panitia GB (Gebyar Santri) 2011, acara tahunan santri Pondok Pesantren Modern Assa'adah (mirip dengan SDCnya CMBBS sekolah SMAku). Tahun ini aku dipercaya untuk menjadi pembimbing acara yang boleh dikatakan paling besar diantara kegiatan para santri, mendampingi anak-anak seusia kelas 2 SMA untuk mempersiapkan segalanya mulai dari Januari ini demi suksesi GB 2011.
Ketiga, meneruskan pembentukan Ikatan Alumni SMAN CMBBS bersama tim formatur dari teman-teman alumni yang belum kelar-kelar juga, yang udah setahun terbengkalai. Sejak 2010! dan ini udah tahun 2011 kan?
Memang terkadang sulit berkumpul bersama teman-teman yang sedang menempuh kuliah dan dengan kegiatan masing-masing ditempat yang tidak dekat satu sama lain,.
Dan aku akui membuat sebuah permulaan akan cukup menyita waktu, apalagi agar ikatan alumni ini benar-benar menjadi wadah yang tepat untuk menjadi tempat aspirasi dan silaturahmi alumni demi kemajuan almamaternya dan ikatan ukhuwah diantara kami.
Keempat, liburan 3 minggu ini akan kusempatkan untuk menengok bisnis yang mulai kurilis bersama kakekku di kampung halamanku di Ciboleger sana.
*sedang mencoba untuk benar-benar menjadi ekonom ceritanya mah. hhe..
Selanjutnya, memenuhi undangan seseorang untuk mengurusi beberapa hal mengenai bisnisnya yang pada kesempatan ini aku harus ke pergi ke Ibukota.
Entahlah si Ibu belum menentukan waktu tepatnya kapan kami akan kesana, tapi aku menyanggupinya pada 1 atau 2 hari diantara 3 minggu liburan semesterku ini.
Dan terakhir, sebelum tanggal 28 Januari 2011 -seperti tahun-tahun sebelumnya, aku harus bisa mendapatkan 'jaminan' untuk dapat kuliah di semester depan. Apalagi tabunganku yang semakin tipis, mungkin akan sulit untuk dapat dikatakan cukup agar bisa menambal kekurangannya (hufth..). Pokonya harus dapat, bagaimanapun caranya yang penting halal!
Atau jika tidak.. kejadian dua tahun lalu yang amat memilukan, (naudzubillah) akan terjadi lagi padaku.
*harus cari kerja tambahan ini mah..
Dan selebihnya, adalah rutinitas mengajar yang semoga tidak menjenuhkan, Ulangan Harian pertama, tugas-tugas, latihan-latihan, koreksian, pengulangan dan pendalaman materi (khusus untukku).
Rutinitas yang semoga ku tak terjebak didalamnya..
Dan saat ini aku hanya memohon pada Allah dengan doa yang amat aku sukai dari seorang sufi,
"Tuhan, aku tak meminta ringannya beban, pundak dan punggungku saja kuatkan..!"