Senin, 31 Agustus 2015

Baduy Corner: Sebuah Soft Launching

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Berawal dari sebuah keresahan yang muncul ketika di bangku perkuliahan, lalu kemudian terus menghantui dalam bentuk sebuah pertanyaan: "haruskah ilmu yang didapat ini disimpan saja tanpa pengamalan?" Dari sana kemudian timbul-tenggelam lah apa yang ada di pikiran. Hilir-mudik silih berganti lah apa yang ada di kepala hingga kadang sampai ‘berperang’.

Saya percaya sebuah pepatah arab yang berbunyi “al ‘ilmu bi la ‘amalin ka syajari bi la tsamarin”; bahwa ilmu tanpa amal -pun sebaliknya amal tanpa ilmu, ibarat pohon tanpa buah; bahwa ilmu yang tak diamalkan akan sedikit mendatangkan kebermanfaatan. Bersamaan dengan kepercayaan itu, tumbuh sebuah kesadaran dalam diri bahwa disukai atau tidak ilmu yang ditekuni, tetap butuh pengamalan. Karena itu juga merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban.

Sebelumnya, saya senang sekali beperjalanan. Dari kesenangan itu seringkali saya diminta oleh teman-teman untuk mengantar ke beberapa destinasi wisata. Kadang sendiri, kadang bersama-sama. Kadang dibayar, kadang sukarela. Perkampungan Baduy luar dan Baduy dalam menjadi tempat yang sering didatangi. Selain karena kesenangan beperjalanan tadi, juga karena kampung halaman saya dan Desa Kanekes bertetangga, dekat sekali.

Jauh sebelum itu, saya bermimpi untuk menapaki jejak para ulama: mengajar, menulis, dan berdagang. Berdagang, apa pun sebutannya pada zaman sekarang, adalah salah satu ikhtiar untuk dapat membiayai transaksi-transaksi yang kita cipta agar dapat terus berlangsung kehidupan kita di dunia.

2013, sebuah permulaan.
Dari sana kemudian terpikir menggabungkan semuanya. Maka menulis tentang Baduy, mengantarkan orang-orang ke Baduy, berdagang hasil-hasil kerajinan Baduy, mengadakan kegiatan sosial di Baduy, lalu semuanya dibungkus dengan konsep mudharabah, murabahah, dan ijarah yang pernah dipelajari, saya pilih menjadi jalan yang saya tempuh sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantui.

Selama ini, konsep-konsep yang pernah saya pelajari tersebut lebih sering digunakan dan kita temukan dalam dunia perbankan syariah. Mudharabah dalam permodalan, murabahah dan ijarah dalam jual beli dan/atau pembiayaan. Saat ini saya ingin menerapkan konsep-konsep tersebut dalam skala kecil sekaligus memperkenalkannya sebagai bagian dari upaya membumikan konsep yang ada dalam perekonomian Islam ini ke khalayak.
Beperjalanan dan berkegiatan sosial, sebuah kesenangan.
Barangkali agak berlebihan, tapi bagi saya ini adalah sebuah perpaduan antara idealisme, hobi, dan kebutuhan. Idealisme untuk dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari sebagai bentuk ibadah dan pertanggungjawaban; hobi menulis, mengambil mengambil foto dan beperjalanan; dan kebutuhan akan hidup yang musti terus tetap dibiayai.

Akhirnya, saya rasa benar apa yang dikatakan Donny Dhirgontoro bahwa segala sesuatu diciptakan dua kali: dalam dunia imajinasi dan dalam dunia nyata. Maka hari ini saya ingin memperkenalkan apa yang sesungguhnya telah lahir dari rahim imajinasi, dan sedang saya coba rawat dan besarkan di dunia nyata: Baduy Corner.

Kehadiran dan tumbuh kembangnya bisa dipantau di www.baduycorner.com. Mohon doa dan dukungan.