Selasa, 07 Agustus 2018

Untuk Sebuah Nama

Begitu banyak aku pernah merasakan kehilangan: cita-cita, keluarga, seseorang, harapan hingga kepercayaan. Namun tak pernah kubayangkan akan kehilangan seseorang yang bahkan belum dilahirkan. Dari sekian banyak kehilangan, barangkali ini adalah kehilangan yang paling menyedihkan untuk dirasakan.

Begitu banyak kepahitan yang pernah aku rasakan selama hidup ini: diusir dari rumah sendiri, dibakar dengan sengaja semua harta benda yang dipunyai, ditinggal ayah kandung sejak dalam buaian, hingga gagal masuk perguruan tinggi padahal telah lulus seleksi.  Barangkali apa yang kurasakan saat ini bisa menambah daftar panjang kepahitan yang pernah aku alami.

Barangkali, aku masih belum mampu menanggung amanah-amanah kecil yang selama ini diberi, hingga bagaimana jika diberikan amanah yang lebih besar nanti.

Bisa saja, shalat shubuh dan shalat wajibku masih seringkali tak tepat pada waktunya, hingga menjadi orang tua yang tak dapat menjadi teladan dalam urusan shalat adalah perkara berbahaya.

Kemungkinan, dalam harta yang kudapatkan, masih ada ketidakberkahan atau bahkan harta haram hingga itu tak layak diberikan pada ia yang hendak dilahirkan.

Untukmu, yang belum bernama, semoga saja berjumpa di surga.

Medio dua ribu delapan belas masehi.