Sabtu, 03 April 2010

cintai sekedarnya, benci sepatutnya.

Benarlah sebuah mahfudzot (kata mutiara bahasa arab) yang berbunyi “ahbib habiibaka haunan maa ‘asaa an takuuna baghiidhoka yauman maa, wa abgidh bagiidhoka haunan maa ‘asaa an takuuna habiibaka yauman maa”.

Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, karena bisa jadi dia akan menjadi musuhmu suatu saat nanti, dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, karena bisa jadi dia akan menjadi kekasihmu suatu saat nanti.


Mahfudzot itu mengajarkan kepada kita untuk tidak mencintai dan membenci secara berlebihan.

Untuk itulah agamapun melarang untuk menjadi orang yang fanatik (mencintai berlebihan) terhadap sesuatu.

Begitu pula dalam hal membenci sesuatu dan/atau seseorang.


Ternyata hal ini berlaku tidak hanya dalam persoalan kekasih dan musuh, tetapi dalam mencintai/tidak mencintai segala hal.

Entah itu hobi, kesukaan terhadap makanan, minuman, warna, atau apapun itu.

Karena bisa jadi kita menyukai sesuatu hari ini, tapi entah tak ada yang tahu jika kita akan berbalik membencinya suatu saat nanti.

Dan begitu pula sebaliknya.

Alangkah lebih baiknya kita tidak mencintai sesuatu secara berlebihan, fanatik istilahnya dan membenci sesuatu berlebihan pula, anti sebagian orang menyebutnya.

Apapun itu..!
karena bisa jadi suatu saat keadaan itu akan
berbalik.

Dan jika waktu itu benar-benar tiba, kita akan malu untuk mengakuinya dan berusaha untuk menutup-nutupi dan menyembunyikannya.

Atau mungkin kita akan mengakuinya dengan mencari seribu alasan yang terkadang kita akan berbohong (mau tak mau untuk menutupi rasa malu) agar orang-orang menerima alasan yang masuk akal dan dapat diterima mereka.


Hal itulah yang menjadi pengalaman Penulis saat ia menjadi salah satu calon sarjana ekonomi.

Padahal saat SMA dulu tak pernah terfikir dalam benaknya sekalipun untuk menjadi seorang calon ekonom.

Saat membaca koranpun, jika telah tiba pada kolom bertulisakan EKONOMI DAN BISNIS, tak pernah ia baca sedikitpun berita di dalamnya.

Ia tak suka pada ekonomi tapi tak pernah ia begitu membenci atau anti terhadap ekonomi.

Andai saja ia benci atau anti saat itu, mungkin saat ini ia takkan bisa menerima apa yang ia jalani saat ini. Atau kemungkinan lainnya, ia menerima dengan penuh keterpaksaan dan mencoba mencari sebuah alasan agar orang-orang yang bertnya, “lho bukannya kamu dulu benci ekonomi??” dapat di jawab dengan jawaban yang mungkin menjurus pada kebohongan. Atau bahasa gaulnya, ngeles..!


Seperti itulah dunia..

(lho..???)

Selasa, 23 Maret 2010

moving.. moving..!

“Cerpen Kimia: Catatan Harian Natrium (1)”
“Diktat Kuliah Pengantar Akuntansi”
“The English Grammer”
Ku pandangi judul-judul tulisan yang
tergantung di atas meja belajarku itu.
Dibawahnya,
tepat diatas mejaku,

Mulai dari "The Holy Qur'an" yang paling tebal, sampai
"Qiro'atu Ar Rosyidati" yang paling tipis, berjajar bersama buku-buku lain yang menghabiskan dua pertiga panjang meja tersebut.

Semuanya 'terpaksa' ku angkut bersama yang lainnya yang ada dalam rak buku di sudut kamar yang telah ku tinggali hampir dua tahun ini.
Lemariku bersama segala apa yang ada didalamnyapun tak lupa akan menyusul.

Kamar berukuran 2 x 6 m yang disekat hingga kemudian menghasilkan dua buah buah ruang seukuran 2 x 3 ini dengan berat hati kutinggalkan.

Gubuk ustadz uci, begitulah para santri menyebutnya, telah menemani kesendirianku selama ini, telah menjadi tempat perenungan dan tempat pelampiasan kepenatanku sepulang kuliah atau mengajar.
Tapi sayang, kini dia harus kutinggalkan.

Bagiku, bangunan panggung berbilik yang selalu didatangi nyamuk setiap malam dan juga kadang dimasuki kodok dari bawahnya ini, hhe.., sangat begitu berarti bagiku.
Karena dia adalah kamar pribadi pertamaku.

Semenjak kecil aku selalu tidur dengan mamahku, hingga menginjak SD bahkan sampai kelas 1.
terdengarnya sedikit manja memang, tapi begitulah kenyataannya.

Ketika SD tidur dikamar kakakku yang terkadang menjengkelkan dan sering terjadi keributan karena dia memang musuh bebuyutanku, hhe.. (saat itu).
Kadang juga tidur dikamar mamahku, atau sesekali tidur bersama mendiang nenekku.

Begitu pula saat SMP, satu ruang tiga fungsi.
Saat siang menjadi tempat menerima tamu, setelah maghrib menjadi tempat mengaji dan ngobrol-ngobrol anggota keluarga atau tetangga, dan setelah menjelang tengah malam kusulap dengan dua helai tikar menjadi tempat tidurku.

saat SMA mungkin sedikit lebih baik, karena aku sudah punya kamar dan lemari sendiri walau harus berbagi dengan 4 sampai 6 manusia yang punya karakter berbeda-beda.
(cuma kamar, lemarinya kagak berbagi)

dan setelah lulus SMA lah yang paling baik, karena aku sudah punya kamar pribadi.
(walau sebelumnya aku harus berbagi dengan seorang teman untuk beberapa lama)

di kamar pribadiku,.

ku bisa berbuat semauku,
mengatur posisi lemari, meja, rak buku sesukaku,
menempelkan berbagai guntingan koran semauku,
menggantungkan berbagai artikel dan fotokopian sekehendakku,
menulis dan menempelkan tulisan-tulisan jelekku,
bahkan membuatnya seperti kapal pecahpun bisa kalau mau.
ku bisa berbuat apapun.
melakukan apapun.
karena ini adalah milikku seorang.

Tapi itu kemarin dan sebelum-sebelumnya,
karena mulai malam ini, hingga seterusnya sampai waktu yang tak bisa ditentukan, aku tak bisa lagi sebebas itu. Karena kini aku akan tinggal dengan dua orang ustadz lain yang akan tinggal bersama di tempat yang tak jauh dari kamarku ini.

Setidaknya aku akan terikat dengan peraturan -yang memang tidak di buat secara tertulis, tapi peraturan yang telah mengikat secara moral.

Tapi walaupun begitu, kamar baruku sedikit lebih baik.
Minimal ketika makan dan mandi atau berwudhu, aku tak harus menempuh jarak sekitar lima puluh meter dengan berjalan kaki.
kalo makan mungkin tidak jadi masalah, tapi
yang membuatku sangat amat malas adalah mengambil wudhu untuk bangun malam.
sekarang semoga setan akan sedikit lebih alot untuk menggodaku.
Dan kemudian aku akan bisa belajar lebih banyak tentang amil dan jurumiyah, karena teman sekamarku adalah ahlinya.

dan seperti biasanya, kuselalu memanjatkan do'a dalam setiap pergantian kamar;
"semoga dengan kamar baru, teman baru dan suasana baru, bisa menjadikan semangat ini terperbaharui."

tapi sebelum aku meninggalkan kamar tercintaku ini, malam ini untuk terakhir kalinya, aku ingin tidur bersama nyamuk-nyamuk yang telah setia menemaniku selama ini.
hhe...

Rabu, 03 Maret 2010

3

Di penghujung tahun 2009,
Selepas shalat maghrib di depan rumah pamanku di daerah Baduy, kami rombongan yang hendak ke Baduy esok harinya, berdiskusi tentang sebuah masalah di CMBBS.
“... pokonya sampe sekarang ana di CM, udah tiga kali kejadian kaya gitu.” tutur salah seorang dari kami.
Dan kata-katanya itulah yang kemudian menginspirasiku hingga sebuah tulisan sederhana berhasil kubuat.


3 bulan kemudian,
Hari ini, tanggal 3 bulan ke-3,
3 bulan menjelang kelulusan siswa-siswi kelas 3 yang merupakan angkatan ke-3 CMBBS -itu artinya CMBBS akan menelorkan alumninya yang ke-3, kucoba tuk menulis (lebih tepatnya memposting) tulisan yang kumaksudkan tadi.

Kalian boleh menyebut judul tulisanku ini dengan tiga, three, tsalaatsah, tre, san, tilu, telu, atau apapun itu. Tapi yang jelas, tulisan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan salah satu nama operator telepon seluler di Indonesia.
Hhe...
Ini adalah tulisan ke-3 ku yang berkaitan dengan CMBBS setelah “Fakta-Fakta SDC” dan “Kontradiksi”, (kontradiksi ke-3ku telah ku posting 3 hari yang lalu,).
Tapi hal itu bukan alasanku menjadikan angka yang dianggap keramat itu menjadi judul tulisanku kali ini.

Mau tahu kenapa tulisan ini ku beri judul seperti yang tertera di awal tulisan ini??

OK..!
Let’s begin..!
Jadi begini,
Cahaya Madani Banten (Boarding School) atau CMBBS, walaupun lebih terkenal dengan nama Cahaya Madani atau Sekolah Unggulan, atau mungkin siswa-siswinya lebih senang dengan sebutan CM saja, tapi pada hakikatnya nama sekolah ini hanya terdiri dari 3 kata, yaitu:
Cahaya,
Madani, dan
Banten..
Hanya itu!
karena kata Boarding School hanyalah sebuah keterangan bahwa sekolah milik propinsi Banten ini menganut sistem berasrama. Sama halnya dengan sekolah-sekolah lain yang menganut sistem berasrama, selalu ditambahkan kata tersebut.

CMBBS sendiri pernah dikepalai oleh 3 orang berbeda dengan 3 istilah nama kepala yang berbeda pula.
Bapak Iwan Kusuma Hamdan, MA. sebagai Direktur SMA CMBBS,
Bapak Drs. Supriyatna sebagai Plt Kepala Sekolah SMAN CMBBBS,
Bapak Drs. Adin Wahyudin, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah SMAN CMBBS.
Dan tahu tidak? Pergantian ke-3 nya itu terjadi kurang dari 3 tahun.

Hingga di usinya yang hampir menginjak 60 bulan (kelipatan 3, hhe.. maksa..), yang masih dikatakan muda untuk sekolah RSBI. ternyata ada 3 negara yang pernah dikunjungi oleh 6 siswa-siswi CMBBS (kelipatan 3 jg..).
United States of America (USA) oleh Nanda Fauziyana dalam Exchange Student,
Singapura oleh Iyus Yusuf, Urfi Syifa Urrohmah dan Farah Nurul Maulida dalam Bazaar Expo, dan
Jepang oleh Yayang St Rohmah dalam Nippon Jambore serta Reggina Ivanovna dalam Jenesys Japan East Asia Network for Student and Youths.

Dan ada 3 negara juga yang pernah di kunjungi oleh 3 orang guru (kita nyebutnya ustadz) yang ke-3 nya kini sudah tidak berada di CM lagi.
Ust. Asep Rachmatullah ke Boston, USA.
Ust. Dadang Media Laksana ke Jepang, dan
Ust. Bahrudin atau Ust Adhien ke Singapura.

Dan satu lagi, ada 12 orang asing dari 9 negara ( dua2nya kelipatan 3 lagi... hhee) yang datang ke CMBBS.
Mr. Maidin B. Packer, Menteri Perumahan dari Singapore,
Mr. William Ryan dari Virginia, USA.
Miss Velocity dari Australia,
Syekh Abdurrohman dari Mesir,,
Dua orang dari Hawai, USA, -lupa namanya, yang masih inget kasih tahu, pertemuannya yang di gubuk itu tuh...! (sekarang Saung Madani)
Dua orang entah dari mana, yang kuyakini mereka dari timur tengah.
(fotonya bisa dilihat di albumku -FB.red)
Mr. Fatih Yildirim dan Mr. Ramazan Ay dari Turki,
Mr. Azman dari Singapura, dan
Pengusaha muda dari India.
Yang terakhir ini berkesan sekali bagiku, karena saat ini kata-katanya masih kuingat hingga detik ini,
“if You know, say I know!
If You don’t , say I don’t know..!”
dengan menggebu dan berapi-api ia sampaikan pesannya itu.

Kemudian,...
CMBBS pernah mengalami 3 kejadian buruk sejak berdirinya hingga saat ini, yang ke-3nya bermodus sama, pencurian komputer.
Pertama tahun 2005 (tanggalnya tak tahu. tak ada data, tapi seingatku hari Rabu akhir tahun 2005), kurang dari 30 komputer raib di gondol maling.
Kedua awal 2008, tepatnya Senin 7 Januari, ruang multimedia yang berisi 19 komputer kembali berhasil dibobol maling.
Dan yang ke-3, Kamis dinihari, 17 Desember 2009, 7 Komputer jinjing alias laptop kembali harus menjadi milik Sang Maling.
(kenapa Sang Maling dzholim ke yang lagi nuntut ilmu ya?
Kenapa ga ke para koruptor aja tuh...! hhe..)
Dan jika diperhatikan ke-3 nya terjadi di bulan-bulan yang berdekatan, Desember dan Januari.
Dan sampai saat ini ke-3 nya tidak diselesaikan hingga tuntas!


Selanjutnya,,,
Selain Penulis, saat ini Alumni CMBBS bejumlah 90 orang (kelipatan 3)
Dan setelah dihitung, mereka tersebar di 36 Perguruan Tinggi (kelipatan 3) baik negeri maupun swasta di Indonesia.
(Yang ingin menambahkan atau mengoreksi, dipersilahkan.
Siapa tahu salah ngitung.
Tapi yakin kok udah bener..,)

Berikutnya,,
Siswa-siswi CMBBS merupakan putra-putri terpilih Banten yang terbagi kedalam 6 konsulat (kelipatan 3),
Konsulat Pandeglang,
Konsulat Lebak,
Konsulat Serang,
Konsulat Cilegon Kota,
Konsulat Tangerang, dan
Konsulat Tangerang Kota.
Tapi entah tahun depan mungkin akan bertambah karena seperti yang kita tahu, kini Serang dan Tangerang telah memekarkan diri menjadi Serang Kota dan Kota Tangerang Selatan.

Setahun yang lalu, di kelas 3 ada 3 akhwat yang namanya sama.
Desi Irmayanti alias Kichie,
Desie Surachman alias Deseh, dan
Desy Sunandy alias Echi..

Dan di CM ada pula 3 orang Rizki yang dari ke-3 nya tak satupun dipanggil rizki.
Rizki Iskandar dengan panggilannya Iskan atau dikalangan teman-temannya lebih terkenal dengan sebutan kingkong,
Rizki Fauzi dengan panggilannya Fauzi, dan
Rizki Bachrudin dengan panggilannya OB!
(yang ini ke-3 ini memang aneh, mau tahu alasannya kenapa dia dipanggil begitu? tanya aja orangnya langsung! hhe..)

Trus sepengetahuanku, di angkatan 3 ada 3 orang sahabat yang kemana-mana selalu ber-3.
Ke-3 nya tak jauh beda, sikapnya, kelakuannya, bentuk tubunya (sorry..! bukan maksud, hha...), wajahnya dan gokilnya juga (piss..!).
Mereka itu kemana-mana bareng; belajar bareng, sekelas bareng, kalau main keliatan bareng, lomba KIR juga selalu bareng satu kelompok, sekamar (pernah) bareng, dan mungkin ke kamar mandi juga bareng kali ya??
Hha...
(Kagak lah! Bisa-bisa di nidzhom ntar!)
Merekalah M. Alifa Farhan, Faisal Firdaus dan Rizky Bahrudin

Dan di angkatan 3 juga, ada 3 pasangan yang hari miladnya bersamaan.
Alfi dan Lissa tanggal 1 Januari
Amie dan Ega tanggal 26 Febuari
Juga Aisyah dan Fauzi tanggal 26 Maret

Selanjutnya,,
Hingga saat ini, ada 3 orang siswa yang pernah diamanati sebagai Ketua Organisasi Siswa di CMBBS yang ke-3 namanya berinisial sama dan terjadi selama 3 tahun berturut-turut,
Achmad Anwar Sanusi 2006/2007
Adiluhung 2007/2008
Alfi Fudhola 2008/2009
(Hatrick..! kalau kata anak angkatan 3 mah..)

Kemudian, ada 3 kakak-beradik yang menuntut ilmu di CMBBS.
Mereka adalah,
Solehatin Ika Putri dan Rahmi Suci Ramadhani dari angkatan 2 dan 3,
M. Alifa Farhan dan M. Fathin Fauzan dari angkatan 3 dan 5, dan
Ayu Muhibbatul Fadhilah dan Rahmat Ghazali Shiddiq dari angkatan 3 dan 5 yang pernah membuatku kaget setelah mendengar kabar bahwa ada ikhwan dan akhwat yang makan berdua.
Ternyata mereka toh pelakunya!
Hha..!

Dan yang terakhir, dariku pribadi sebagai Penulis.
Ada 3 akhwat yang namanya berbeda namun kupanggil dengan panggilan yang sama,
“stHi, mana artikelnya?” ke Esthi Ayu Febriyani.
“semangat, stHi..!” ke Istimurti Ciptaningrum.
“stHi, bikin klub kimia di FB yuk..?!” ke Ratu Hasti Fachrunnisa.

Dan tentunya masih banyak keunikan-keunikan yang tersimpan di CM yang ada hubungannya dengan angka 3 atau mungkin dengan angka dan hal lainnya.
Ada yang mau nambahin???

Oya, terakhir satu lagi,
Entah kebetulan atau apa, aku pun tak mengerti,
Orang yang kumaksudkan dipembukaan tadi, adalah seorang akhwat dari angkatan 3 yang dia adalah orang paling muda ke-3 diangkatannya setelah Fadilla Nur’aini dan Westra Tanribali.
Dan kata-katanya itu diucapkan di hari ke-3 dari perhitungan hari kerja, pada tanggal 30 Desember, sekitar 30 jam menuju pergantian tahun baru 2009!
(Hah.. Ada-ada saja ya...!)
Dan tepat pada hari wafatnya Presiden RI yang ke-3 + (3/3)
(hhaha...bener2 maksa!)

Minggu, 28 Februari 2010

KONTRADIKSI (3-habis)

1_

....

....

....

Jika mendengar nama Nurlatifah Umi Oktafiani, pasti angkatan 2 dan beberapa teman dekatnya akan langsung tertuju pada satu kata,

PEPAYA..!! (lho???)


Umi, biasa Penulis memanggilnya, memang suka sekali bin hobi banget alias doyan sekali makan yang namanya buah pepaya.

Kalo mau petisan atau ambil pepaya, jangan pernah ajak dia kalo pengen kenyang.

Entah itu mateng ataupun setengah mateng, Penulis yakin dia takkan membiarkannya tersisa sedikitpun. (hhe… lebay).


Bukan cuma satu, dua buah pun akan habis oleh dia seorang diri.

Ga percaya?

Tanya deh orangnya langsung!

Hebat…hebat….! (plok…plok…plok…!)

Kalo ga dimakan langsung, akan dipetisnya itu pepaya.

Kalo ga sama temen-temannya, sendirianpun dia akan kuat.


Satu lagi yang unik darinya, dia adalah orang yang mempelopori cara belajar ‘estafet’, walau kemudian sepengetahuan Penulis tak ada yang menirunya.

Penulis sebut estafet karena berhenti, kemudian lanjutkan, berhenti sejenak kemudian lanjutkan lagi. Persis seperti lari estafet, hanya bedanya dia sendiri pelakunya.

Selepas Isya seperti biasa dia belajar, tak lama kemudian dia akan tidur, tengah malam nanti dia akan bangun dan belajar lagi, kemudian tidur lagi, tapi tak lama nanti dia akan bangun lagi untuk kembali belajar.

Pokoknya mirip lagunya Almarhum Mbah Surip deh..!

Semangat belajarnya tinggi, dan patut di acungi jempol.

Dia kemudian yang mengingatkan Penulis pada sebuah kata mutiara, “Kualitas hidup sesorang bukanlah pada akhirnya, tapi ada pada prosesnya..!”





Ibonk panggilan kesayangan ibunya dan juga panggilan semua teman-temannya di angkatan pertama. Dan yang mengenal dirinya pasti akan langsung terbayang pada satu kata yang telah menjadi kebiasaannya,

Yaitu TIDUR..!


Ga di asrama, ga dikelas, ga di mesjid, ga selepas shubuh, setelah ashar, setelah Isyapun kadang –disaat teman-temannya belajar, kerjaannya adalah tidur.

Tapi yang aneh, kalo ulangan dia itu nilainya selalu besar.

Pokoknya semua ulangan, nilainya selalu lebih besar dari Penulis (kecuali Kimia ya Bonk..hhe.. bangga)

Dan semua teman-temannya baik seangkatan atau lintas angkatan, kalo belajar Biologi lebih banyak ke dia.

Dia adalah mentor pelajaran Biologi bagi Penulis khusunya dan bagi teman-teman angkatan pertama umumnya, ga Putra ga Putri..

Pokonya di mentor Biologi sejati deh..

Tapi kemudian, ada penerusnya, ga jauh beda kelakuan dan otaknya

Persis..!

Mungkin reinkarnasi kali ya..

Muhammad Irfan Hilmy Yusuf alias Ucup angkatan ketiga, Prasetya Ade angkatan kedua juga..!


Ada yang unik lagi dari laki-laki kelahiran Pandeglang awal Januari 1992 ini, dan tentunya kontradiksi dengan Umi juga.

Dia ga suka yang namanya pepaya,dan bukan hanya pepaya, tapi semua jenis buah-buahan tidak dia sukai.

Makanya sudah tak asing lagi dan menjadi sesuatu hal lumrah jika ada pencuci mulut setelah makan, teman-temannya selalu berebut untuk meminta paling awal, termasuk Penulis. Disini diberlakulah sebuah mahfudzot yang terkenal, man jadda wajada. Hahaa…


Pernah suatu hari diperjalanan pulang setelah lomba Olimpiade, dia mengemukakan alasannya kenapa di tak suka makan semua jenis buah-buahan semenjak kecil.

Tapi kemudian saat ini Penulis lupa denga apa yang dia kemukakan saat itu.

Dialah Muhammad Iqbal Nugraha.

Orang yang hobinya tidur dan tak suka semua jenis buah-buahan, (sepertinya ada keterkaitan tuh, buah-buahan dan tidur, boleh jadiin judul Karya Ilmiah)

Bahkan konon, saat ini pun kebiasaannya tidur tidak ia tinggalkan walau sudah duduk di bangku kuliah.

Ia menggunakan pesan dari salah satu ustadzah, “istiqomah adalah lebih baik dari seribu karomah”

Dialah Ibonk, orang yang juga paling muda di angkatannya, namun disegani dalam belajar.

Ini dia, akhwat satu-satunya yang paling seneng berantem dengan Penulis di dunia nyata tapi justru paling akur di dunia maya.



2_

...

...

...


Tri Mega Raesita itulah nama lengkapnya.

Cianjur kota kelahirannya, itupun katanya.

Bayah tempat tinggalnya.

Tapi kok malah Pandeglang konsulatnya.

Akhwat yang menamakan dirinya Sang Awan ini, entah kenapa hingga saat ini Penulis tak pernah tahu, termasuk orang yang perhatian dimata Penulis.

Pernah saat pelipis Penulis sobek karena suatu insiden, ia begitu perhatiannya pada Penulis.

Tapi tunggu, jangan curiga dulu, ia melakukan itu hampir ke setiap orang.

Dan tidak salah jika kemudian ia dipercaya oleh teman-temannya untuk menjadi qismus shihah, bagian yang mengurusi orang-orang yang sakit.

Begitu perhatiannya kepada orang lain, terkadang terlihat berlebihan.

Sampai-sampai Penulis pernah bergumam, “kayanya ni orang lebih perhatian ke orang lain daripada ke dirinya sendiri ya..”





Dedi…

Nama lengkapnya Dedi.

Cuma empat huruf

D

E

D

I

Cukup Dedi.

Dedi Saja.

Dedi Doank..

Tidak lebih.

Hhe..

Mungkin karena namanya yang sedikit itu yang menyebabkan perhatiannya pada orang lain jadi sedikit juga. (menduga-duga)

Lelaki kelahiran ini terkenal sebagai manusia paling cuek di antara teman-temannya.

Makanya jika ada pemilihan ketua panitia, pasti teman-temannya berkonsolidasi dan menggalang kekuatan di belakang (gerakan bawah tanah ceritanya, hhe..) agar dia terpilih sebagai ketua. Dan tanpa sepengetahuannya.

Ini di tempuh agar dia lebih perhatian kepada orang-orang yang dipimpinnya.

Karena kebiasaan ikhwan CM jika ada pemilihan ketua, pasti tak ada satupun yang mau, mengingat beratnya amanat yang harus diemban. Tapi jika sudah terpilih, seberat apapun dan sebesar apapun tanggung jawab yang diterima, pasti akan di laksanakan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab. Dan itu terjadi pula pada pria yang terkenal kadang kocak ini.

Entah mungkin karena sudah watak dan adat seseorang, dan memang mungkin kebiasaannya yang menyebabkan dia selalu terlihat belajar sendiri, dan orang yang paling sering tak di temukan di perkumpulan-perkumpulan dan kegiatan.

Baik kumpul kelas, angkatan ataupun seluruh siswa.

Jadi kesannya terlihat seperti tidak peduli dengan kegiatan yang ada dan apa yang sedang terjadi.

Tapi Penulis yakin, dia tak seperti yang kebanyakan teman-temannya duga, dan saat inipun dia mungkin telah meninggalkan semua itu.

Apalagi saat ini dia telah aktif di salah satu organisasi mahasiswa besar di tempat menuntut ilmunya di Semarang sana.

Dan semoga, dengan keaktifannya itu di bisa menjadi orang yang paling peduli dengan diri sendiri (yang itu sudah pasti), orang lain, masalah-masalah kemanusiaan, deeLeL.


THE END..



Penulis : “Mungkin hanya sedikit yang kuketahui tentang kontradiksi yang ada diantara teman2 dan adik2ku di sekolah yang telah menjadikanku seperti sekarang ini. Semoga ada yang mampir ke blogku ini dan menyempatkan diri untuk membacanya dan syukur2 kalau kemudian menambahkan dan mengembangkannya..”

Jumat, 19 Februari 2010

The Wise Messages

Lewat tengah malem, ga bisa tidur, maenin laptop orang, tiba-tiba ana inget kata-kata dari orang-orang yang begitu berarti dalam hidup ana ampe detik ini..

si mamah, "rek dimana wae hirup, nu penting mah jujur, Ci.."

si kaka, "urang kudu nyieun imah jeung mamah,.."

Abah, "ulah jadi polisi nyah..?!"

alm. Ema, "nu rajin ngaji!"

ka Samil, "ulah ngarokok, maneh..!!"
atau ada lagi kata-katanya yg masih ana inget, pas ana kecil, sore-sore lagi maen bola sama temen, tiba-tiba dari jauh ka Samil teriak, "ngaji..!!!"

bu Dewi, "sing prihatin nya, Ci..." (saat hendak masuk CMBBS)

pa Iwan, "bermimpilah..! mumpung gratis", (beliau yg pertama kali ngajari ana ttg keberanian bwt bermimpi)

ust. Najwa,
"sebaik-baik belajar adalah mengajar" (saat hendak ke Assa'adah)

ana pengen ketemu mereka, pengen ngobrol, pengen berbagi, minta saran, masukan, pengen cerita,,
pengen nangis kalo diizinin mah...!

Kamis, 04 Februari 2010

Hukuman Para Koruptor

Penulis pernah bertanya kepada beberapa teman tentang hukuman bagi para koruptor.
"kira-kira hukuman apa sih yang pantes buat para koruptor?"
"disekolahin lagi aja..!"
cetus seorang teman secepat kilat setelah Penulis selesai mengajukan pertanyaannya.
Semuanya pun tertawa mendengar jawaban itu.
Dan setelah itu topik berganti tanpa membahas kata-kata tadi.


Sederhana memang jawaban salah seorang teman Penulis tadi. Sepertinya dia berbicara tanpa pikir panjang hanya ceplos-ceplos saja tanpa sebuah pemikiran yang dalam.


Bagaimana tidak, disaat sebagian bahkan hampir seluruh rakyat di negeri ini menginginkan para koruptor di hukum seberat-beratnya, hukuman mati kalau bisa, tapi dengan entengnya dia mengatakan agar disekolahkan lagi saja. Pemikiran yang aneh menurut sebagian besar orang.

Tapi setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga apa yang dikatakannya itu, walau memang kedengarannya sederhana dan seperti sebuah guyonan saja.


Orang-orang korupsi atau yang lebih kita kenal dengan para koruptor, yang kebanyakan dari mereka adalah pejabat-pejabat penting negara, adalah orang-orang yang pintar.Lihat saja gelar yang mereka miliki didepan dan belakang nama mereka. Berderet seperti kereta.Semua gelar ada..!
(mungkin yang ga ada cuma almarhum aja kali ya..? hhe...)

Sekolahnya saja dari SD hingga sarjana, atau lebih.
Penulis yakin minimal mereka menghabiskan waktu sekitar 16 tahun untuk menuntut ilmu.Jadi kenapa mereka harus disekolahkan lagi??


Walaupun mereka pintar, memiliki banyak gelar, sekolah bertahun-tahun hingga ada yang ke negeri orang. Tapi sayang seribu sayang, ternyata kepintaran mereka tidak dipergunakan pada tempatnya.
Tidak pada pada hal-hal yang benar.

Mereka memang pinter, pinter 'ngibulin' istilahnya, pinter berbohong, pinter berargumen, pinter mencari alasan untuk membela diri ketika mereka salah, pintar mencuri uang rakyat, pinter bersembunyi dari penglihatan manusia.
Mereka pintar, pintar dalam hal-hal buruk.
Tak pintar dalam berbuat baik.
Mereka tak pintar dalam melayani masyarakat.
Naah..!
Dalam hal ini mereka harus di buat pintar.
Alias harus 'disekolahkan' lagi..!