Kita semua tahu apa itu Baduy. Salah satu dari ribuan suku yang dimiliki Indonesia yang berada di daerah pedalaman Banten, di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten lebih tepatnya.
Kita semua tahu bahwa suku ini terdiri dari Baduy Luar dan Baduy Dalam yang keduanya terpisahkan oleh kebun, huma, hutan, sungai, bukit, dan dihiasi kontur pegunungan yang indah sejauh belasan kilometer hingga perlu stamina lebih untuk mengunjungi keduanya.
Kita semua juga tahu bagaimana terisolirnya masyarakat ini (terutama Baduy Dalam), yang kemudian itu justru menjadi keunikan dan daya pikatnya hingga daerah ini menjadi sebuah kawasan wisata budaya.
Kita semua tahu itu.
Tapi tidak semua dari kita tahu berapa banyak pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia ditiap akhirnya pekannya yang datang kesana, apalagi jika masa liburan tiba jumlahnya bertambah berkali lipat.
Tidak semua dari kita tahu tentang berapa banyak sampah yang ditinggalkan pengunjung tersebut disepanjang jalan setapak sejauh 12 km dari Kadu Ketug (Baduy Luar) hingga Cibeo (Baduy Dalam).
Tidak semua dari kita juga tahu akan betapa besarnya akibat yang ditimbulkan dari penyakit manusia ini di masa yang akan datang yang dapat mengganggu kelangsungan hidup mereka, alam mereka dan kita juga.
Dan tidak semua dari kita tahu tentang wacana yang pernah muncul kepermukaan –yang terdengar sedikit gila, bahwa suatu saat nanti Kawasan Wisata Budaya Baduy hanyalah sebuah miniatur yang ditempatkan di Ciboleger (terminal pemberhentian terakhir sebelum ke Baduy, 100 m dari Baduy Luar). Pengunjung hanya dapat melihat daerah Baduy dari miniatur tersebut, tanpa diperbolehkan memasuki kawasan Baduy yang sebenarnya. Hal ini muncul karena kekecewaan masyarakat Baduy atas tindakan pengunjung yang telah merusak lingkungan Baduy, secara langsung maupun tidak. Ini salah satunya dapat terlihat dari banyaknya sampah yang berserakan sepanjang jalan dari Baduy Luar hingga Baduy Dalam.
Tidak semua dari kita tahu itu.
Dari sana saya sadar bahwa kita sebagai bagian dari masyarakat sekitar Baduy harus melakukan sesuatu untuk mencegah wacana gila ini terwujud, atau setidaknya menjaga alam Baduy tetap terjaga tanpa pernah terusak dan terusik oleh perbuatan manusia itu sendiri, hingga anak cucu kita dapat menikmatinya juga.
Saya sadar, ada sesuatu yang harus kita lakukan dan perbuat.
Dan #BebersihBaduy adalah salah satu jawabannya!
Dengan #BebersihBaduy, saya, kamu, rekan-rekanmu dan juga orang-orang yang pernah/sedang/akan menginjakan kaki di tanah ulayat Baduy, ingin bertindak dan berbuat! untuk Baduy!
Jadi, apa itu #BebersihBaduy?
#BebersihBaduy adalah sebuah gerakan. Sebuah tindakan nyata yang dapat kita lakukan saat berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Baduy.
Mengapa gerakan ini muncul?
Seperti yang telah telah dipaparkan diatas, bahwa gerakan ini berangkat dari sebuah keprihatinan terhadap banyaknya sampah yang berserakan disepanjang jalan setapak menuju Kawasan Wisata Budaya Baduy. Dari Kaduketug (Baduy luar) hingga Cibeo (Baduy dalam) sepanjang 12 km.
Dengan kata lain, gerakan ini adalah tindakan pengobatan (atas sikap manusia yang buang sampah sembarangan) sebagai upaya pencegahan terhadapa bencana yang lebih besar yang mungkin tidak pernah kita sangka di masa mendatang.
Siapa yang bisa melakukan gerakan ini?
Gerakan ini bisa dilakukan oleh siapapun, tanpa batas usia mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Mulai dari pelajar SD, SMP, SMA, hingga Mahasiswa, ataupun mulai dari Petani, Supir, Pengusaha, Dosen, Dokter hingga bahkan Presiden. Yang terpenting mereka sedang berkunjung/berwisata ke daerah Kawasan Wisata Budaya Baduy.
Kapan kita bisa melakukan gerakan ini?
Gerakan ini tak terikat waktu, kapanpun kita bisa melakukannya selama kita sedang mengunjungi Kawasan Wisata Budaya Baduy.
Bagaimana melakukan gerakan ini?
Gerakan ini mudah sekali dilakukan. Untuk saat ini, cukup hanya dengan membawa kantong plastik saat hendak pergi ke Baduy, Anda sudah bisa melakukannya. Yang kemudian memunguti setiap sampah yang ditemukan selama perjalanan dari Kaduketug (Baduy luar) hingga Cibeo (Baduy dalam). Begitu juga saat perjalanan pulang.
Dan kantong plastik itu bisa anda manfaatkan untuk menyimpan sampah selama dalam perjalan dan selama Anda menginap di Baduy Dalam.
Setelah kantong plastik tersebut terisi (penuh ataupun tidak), buanglah ke tempat pembuangan sampah didaerah perbatasan Kaduketug (Baduy luar) dengan Ciboleger, tepatnya di SDN 2 Bojong Menteng. Yang selanjutnya akan di bakar dan/atau di daur ulang.
Jika Anda tidak punya waktu ke Baduy dan/atau melakukan gerakan ini, mari beritahu rekan-rekan kita yang hendak berkunjung ke Baduy tentang gerakan ini,. Mudah saja, tinggal katakan ke mereka yang hendak pergi ke Baduy, ‘Mau ke Baduy? Jangan lupa bawa kantong plastik..!’
Atau jika tidak, cukup beritahu mereka tentang pentingnya menjaga kebersihan disana.
Simple kan?
Baduy adalah warisan budaya untuk anak cucu kita, bukan hanya untuk kita, yuk kita jaga bersama..! :)