Jumat, 08 Juni 2012
Perjalanan
Minggu, 29 April 2012
Upacara Seba (2)
Jumat, 27 April 2012
Upacara Seba (1)
Ini adalah tulisan pertama Penulis mengenai Upacara Seba, yang pada tahun ini Penulis berkesempatan langsung mengikutinya.
Seba berasal dari bahasa sunda, saba, yang berarti berkunjung atau mengunjungi. Adapun upacara Seba itu sendiri adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat suku Baduy, -sebuah suku pedalaman yang terletak di Desa Kanekes, Kecamata Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten- secara turun-temurun dengan mengunjungi kepala pemerintahan dimana suku Baduy berada, yaitu Bupati Kabupaten Lebak dan Gubernur Provinsi Banten. Upacara Seba dilaksanakan secara rutin setiap tahun pada minggu pertama, sebelum tanggal 10, bulan keempat penanggalan suku Baduy, yaitu bulan Sapar. Tahun ini upacara Seba jatuh pada hari Jum’at dan Sabtu, tanggal 27 dan 28 April 2012.
Setelah suku Baduy melaksanakan berbagai tradisi pada bulan kawalu di kampung mereka masing-masing di desa Kanekes, mereka kemudian ‘turun gunung’, melakukan perjalanann secara berombongan menuju ibukota Kabupaten Lebak, Rangkasbitung untuk bertemu dengan Bupati, yang mereka sebut Bapa Gede. Kemudian meneruskan perjalanan tersebut menuju Ibukota Provinsi Banten yang tak lain kota Serang, untuk bertemu dengan Gubernur yang mereka sebut Ibu Gede. Rombongan upacara Seba hanya terdiri dari kaum laki-laki, baik dewasa maupun anak-anak.
Upacara Seba ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen mereka yang telah dipanen pada bulan kawalu. Untuk itu, pada upaca Seba ini, rombongan suku Baduy membawa beberapa hasil pertanian mereka berupa padi, pisang, gula, talas, beras yang ditumbuk yang disebut laksa dan aneka sayuran. Hasil bumi ini diserahkan secara simbolis oleh perwakilan dari suku Baduy kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten pada saat upacara Seba.
Tahun ini, Masyarakat suku Baduy diterima langsung oleh Bupati Lebak, H. Mulyadi Jayabaya di Pendopo Kabupaten Lebak. Yang kemudian dilanjutkan dengan harapan dan pesan suku Baduy yang diwakili oleh Jaro Dainah dan Jaro Dua Belas Saidi Putra.
Acara dialog antara pemerintah Kabupaten Lebak dan Suku Baduy menjadi acara penutup upacara Seba ini yang sebelumnya didahului penyerahan Laksa secara simbolis dari Suku Baduy kepada Pemerintah Lebak.
Setelah rangkaian acara dilakukan, suku Baduy menonton pertunjukan layar tancap yang sengaja dilaksanakan untuk penyambutan rombongan suku Baduy ini.
Selanjutnya, esok pagi rombongan masyarakat suku Baduy yang terdiri dari 1388 orang dari Baduy luar dan 51 dari Baduy dalam akan melanjutkan perjalanan dari kota Rangkasbitung menuju Serang sejauh 40 KM dengan berjalan kaki, dan tanpa alas kaki.
Rabu, 25 April 2012
Fotografi.. oh.. Fotografi..
Dari sana pula saya mulai belajar teori-teori fotografi dan langsung memparktekkan teknik-tekniknya. Hingga saat ini.
Walau akhir-akhir ini jarang memegang kamera, tapi saya tetap membaca artikel-artikel tentang fotografi baik dimedia cetak atau di media elektronik. Atau hanya sekedar melihat-lihat karya fotografer-fotografer profesional di dunia maya.
Ini beberapa jenis kamera (yang masih diingat) yang pernah saya pegang dan menjajal teknik-teknik fotogarfi saya.
Canon PowerShot SD1100 IS, SAMSUNG ES55, Canon PowerShot A3100 IS, Casio EX-Z16, Kodak Easyshare M1093, Canon EOS 1100D, Canon EOS 550D, Canon EOS 30D, Nikon D3100, Nikon D3s.
Dan ini beberapa karya saya dengan kamera-kamera tersebut.. :D
Selasa, 17 April 2012
3 dalam 6
"Nasional.Is.Me"
“Indonesia Mengajar”
"Oxford Dictionary"
“Hukum Zakat”
“Your Job is Not Your Career”
“Belajar Mudah Ekonomi Islam”
"Bank Muamalat"
Kupandangi buku-buku itu dan beberapa buku lain yang berjejer disamping mereka. Ku coba mengucapkan terima kasih pada mereka yang telah menemaniku beberapa bulan ini.
Bersama beberapa helai pakaian, kubawa mereka dari satu tempat ke tempat lain, hidup nomaden dari kost-an satu ke kost-an lain, karena memang selama 6 bulan menjadi anak kost-an, setidaknya aku telah menjajal 3 kost-an yang berbeda. :D
Semua ini berawal dari keputusanku 6 bulan yang lalu untuk mencari pengalaman baru, menjajal dunia yang berbeda diluar sana, mencari cara pandang baru, merasakan apa yang selama ini dibicarakan teman-temanku, menjadi mahasiswa yang katanya ‘bebas’. Ya..! menjadi anak kost-an.
Akhirnya semenjak itu ku lewati setiap malamku dengan berbantalkan ‘Oxford Dictionary’ atau terkadang bergantian dengan “Hukum Zakat’ karena terkadang terasa lebih nyaman; beralaskan selembar tikar dari mamahku yang kujadikan salah satu cara merindukannya di rumah; berselimutkan sarung dan sajadah yang juga dipakai untuk shalat; bertemankan seorang aktifis kampus yang jarang pulang; ngobrol ngalor-ngidul hingga larut malam kalaupun ia pulang.
Dan aku lewati setiap siangku dengan bersepeda untuk kuliah atau terkadang berjalan kaki saja; menghabiskan berjam-jam di loper koran belakang kampus yang korannya jarang ku beli; pergi ke perpustakaan mencari pelarian; berlama-lama di mesjid ketika menunggu jam kuliah berikutnya, atau hanya ngobrol tak jelas dengan teman-teman; berlama-lama diwarnet untuk browsing segala hal, tapi setidaknya aku harus membuka; yahoo, google, tumblr, facebook, twitter, dan 4shared, alhasil waktu yang tak boleh lebih dari 2 jam tak kusia-siakan untuk cari info yang bermanfaat; menghabiskan waktu akhir pekan dengan bersepeda keliling Serang, atau bahkan pulang ke Pandeglang; mengais rezeki bersama teman setiaku, Siblu, pada hari-hari tertentu demi sebuah nominal untuk akhir semester, atau mencari pundi-pundi lain hanya untuk makan sehari-hari dan membeli buku; merenung sendiri di kost-an dengan membaca buku, mengerjakan tugas, tidur, ngacak-ngacak kamar, nonton, dan kegiatan abstrak dan tak jelas lainnya.
Apa yang ku alami tak berbeda jauh dengan apa yang dialami anak kost-an dibelahan lain negeri ini pada umumnya. Tapi yang jelas bagiku, melewatkan malam dan siang dengan kegiatan yang berbeda itu membawa pengalaman baru, memperbanyak pelajaran baru, menambah pemikiran-pemikiran baru, menemukan cara pandang baru, dan membuatku lebih tersadar untuk merenungi tentang kehidupan ini lebih jauh, walau sebenarnya sulit untuk di fahami. Tapi setidaknya semua itu lebih membuatku bersyukur terhadap segala nikmat yang telah diberikanNya padaku.
Serang, 01 Maret 2012