Kamis, 19 November 2009

PESTA SAINS NASIONAL 2009

Cahaya Madani,
Jum’at, 7 September 2007..,

Lambaian tanganku mengiringi kepergian mereka.
Dengan tatapan semu ku antarkan mereka hingga depan kantor.
Muhammad Iqbal Nugraha, Sesa Wiguna, Aryanti Ambarsari, Enggar Cahya Firdaus, Adiluhung, Dinni Nurhayani, Annas Azwar Suhardi dan Fadilla Nur’aini.
Merekalah tim yang diutus sekolah untuk mengikuti sebuah perlombaan di Bogor, Pesta Sains Nasional 2007, untuk yang pertama kalinya.
Dengan sebuah mobil sederhana dan ditemani ustadz Rijaluddin, merekapun meninggalkan sekolah tercinta.

Sebenarnya hati ini ingin sekali menjadi bagian tim.
Ikut bersama mereka berjuang demi nama baik sekolah..
Tapi apa daya, Allah punya kehendak lain.
Dia punya alasan yang cukup bisa kuterima dengan lapang dada, hinga akhirnya hanya sebuah kepalan tangan diiringi ucapan, “semangat….!” dan disertai do’a dariku yang bisa ikut bersama mereka menuju IPB, kampus yang pernah menjadi impianku setelah lulus dari Cahaya Madani.

Keinginan yang besar itu sebenarnya timbul hanya karena sebuah rasa penasaran, sebuah rasa ingin tahu.
Ya..!
Sebuah rasa ingin tahu tentang lomba selain olympiade.
Ku hanya ingin merasakan bagaimana suasana lomba selain olympiade, ingin tahu bagaimana soal-soal kimia selain olympiade yang katanya lebih mudah.
Hanya itu,..
Persoalan menjadi bagian dari sejarah Cahaya Madani sebagai peserta pertama yang mengikuti Pesta Sains Nasional di IPB, itu urusan nomor sekian.

Namun rasa penasaran itupun hanya tinggal sebuah harapan yang sirna, karena tentunya tahun depan ku akan melepaskan status SMAku dan tak mungkin mengkuti lomba yang hanya untuk anak SMA itu.


2 tahun kemudian,.
Assa’adah, Jum’at, 13 November 2009


Hari belum subuh, langit masih gelap, bahkan ayampun mungkin belum berkokok.
Namun mobil Pregio dengan plat nomor A 1078 DL telah meluncur ke Bogor.
Di dalamnya seorang ustadz muda bernama Achmad Anwar Sanusi, termasuk dalam rombongan.
Rombongan itu akan menuju Bogor, tepatnya Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat.
Lebih tepatnya lagi menuju gedung Graha Widya Wisuda IPB, untuk satu tujuan, mengikuti Pesta Sains Nasional 2009.

Alhamdulillahirabbil’alami
n, hanya ucapan syukur itu yang bisa kupanjatkan pertama kali mendapat kabar untuk mengikuti ajang bergengsi ini.
Dengan kapasitas seorang Pembimbing (seperti yang tertera dalam Surat Tugasku), Kami meluncur ke Bogor untuk bertarung menjadi yang terbaik.

Bagiku pribadi, ini untuk kedua kalinya menjadi pembimbing sebuah kegiatan keluar pondok setelah kegiatan Smart Camp hampir setahun yang lalu.
Untuk kedua kalinya pula ku pergi mengunjungi Bogor, dengan tujuan yang sama.
Sama-sama mencari.
Yang pertama, beberapa bulan lalu untuk mencari sesuatu (seseorang lebih tepatnya) yang telah lama hilang.
Dan yang kedua, kali ini, dengan tujuan untuk mencari sesuatu pula,,,
Mencari harapan yang pernah sirna..!

Namun perjalanan kali ini terasa lebih berat, karena ku harus meninggalkan dua kewajiban yang ada d perkuliahan dan di pondok.
UTS Matematika Ekonomi harus terpaksa ku tinggalkan,
Mengajar Sabtu-Ahadpun mau tak mau kutinggalkan pula.
Tapi aku tak merasa bersalah kok (mencoba beralibi, hhe..)
Tapi ini bener..!
Karena pergi ke Bogor ini pun adalah tugas dari pondok yang tak bisa kutinggalkan pula.

Di IPB, ku bertemu adik-adik kelasku dari Cahaya Madani yang juga mengikuti kegiatan ini seperti tahu-tahun sebelumnya.

Dan akhirnya, atmosfer Pesta Sains yang pernah sangat ingin ku rasakan, saat ini benar-benar bisa kurasakan!!

Hingga berita ini diturunkan, (mencuri redaksi milik wartawan ceritanya, hhe…) maksudnya, hingga tulisan ini diterbitkan, pertarungan di Pesta Sains Nasional 2009 di IPB masih berlangsung.
Kuharap, almamaterku bisa mendulang sukses di tahun ini.
Begitu pula dengan anak asuhanku, semoga mereka pun bisa mempersembahkan yang terbaik..


Sabtu, 14 November 2009

Rabu, 18 November 2009

Manusia Tidak Pernah Menderita Sendirian

Barangkali benar adagium yang sering diucapkan orang bahwa hidup ini tidaklah mudah. Sebab tidak semua keinginan kita terwujud dalam hidup ini, atau hidup itu sendiri berjalan tidak selalu seperti yang kita inginkan. Dan jika hidup itu berjalan tidak seperti yang kita inginkan, atau, apalagi jika hal yang tidak diinginkan itu terjadi atau menimpa kita, maka kita merasa menderita.

Karena itu adalah hakikat hidup, maka sebenarnya kita harus menerima bahwa penderitaan adalah kenyataan hidup. Kita memang tidak dibenarkan untuk “menyerah kalah” terhadap penderitaan. Justru agama memerintahkan supaya kita terus berusaha dan berusaha, agar penderitaan tidak terjadi, atau yang telah terjadi lekas menyingkir. Tetapi agama juga mengajarkan bahwa jika kita menderita, kita tidak boleh menganggap penderitaan itu “khusus” hanya menimpa kita dan seolah-olah tidak pernah menimpa orang lain. Jika sampai hal itu terjadi, maka kita menderita di atas penderitaan. Kita akan mengalami penderitaan ganda yaitu, pertama, karena adanya penderitaan itu sendiri, dan kedua, karena akibat cara kita menerima dan melihat penderitaan itu secara “ngenes”, pesimis dan penuh keluhan. Ini lebih-lebih lagi tidak boleh terjadi pada orang yang beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang.

Berkenaan dengan ini, ada petunjuk Allah dalam Kitab Suci yang terjemahannya: “Janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula merasa kuatir, padahal kamu ini lebih unggul, jika kamu memang adalah orang-orang yang beriman. Jika luka (penderitaan) menimpa kamu, maka luka (penderitaan) yang serupa juga menimpa golongan yang lain. Dan begitulah hari (masa kejayaan atau kejatuhan) Kami buat berputar diantara umat manusia, dan agar Allah mengetahui mereka yang benar-benar beriman, dan agar dia mengangkat para saksi diantara kamu. Allah tidak suka kepada mereka yang berbuat dzhalim” (QS. Al-Imran :140).

Jika kita diingatkan, bahwa jika suatu saat kita menderita, yaitu keadaan berjalan tidak seperti yang kita inginkan, dan kita gagal atau kalah dalam perjuangan hidup, dan lain-lain, kita harus menyadari bahwa hal yang serupa pun juga menimpa dan dialami oleh orang lain. Sekali waktu, untuk memahami situasi orang lain itu agar kita dapat labih baik memahami situasi kita sendiri, kita harus melakukan “empati”, yaitu menempatkan diri pada pada situasi orang lain itu, dan merasakan apa yang mereka rasakan. Jika kita lakuakan itu, maka akan tumbuh dalam diri kita sikap pengertian (understanding), sehingga “empati” memang biasanya membimbing kita kepada “simpati”, yaitu solidaritas kepada sesama, terutama kepada yang menderita.

Sebaliknya jika kita memandang bahwa penderitaan kita adalah “khusus” kepada kita sendiri, dan orang lain tidak, maka kita akan jatuh kepada ilusi bahwa semua orang bahagia hidupnya kecuali kita. Ini adalah suatu pesimisme. Dan dari seorang yang pesimis sulit sekali diharapkan timbulnya understanding, simpati dan solidaritas. Tetapi justru akan tumbuh subur dalam diri orang itu sifat cemburu dan dengki, yaitu sikap memusuhi orang lain yang kiranya lebih beruntung atau lebih bahagia. Ini kesengsaraan yang luar biasa. Maka Nabi SAW mengingatkan bahwa, “Dengki itu merusak kebaikan, seperti api yang membakar kayu bakar.”

asli dapet ngetik ulang dari sebuah buku berjudul "Pintu-Pintu Menuju Tuhan"
karya Cak Nur.

Kamis, 29 Oktober 2009

Fakta-Fakta SDC

SDC, Semalam di Cahaya Madani, sebuah acara tahunan yang paling ditunggu oleh seluruh siswa/i CMBBS, dan para alumninya.

Acara yang dilaksanakan sejak tahun pertama berdirinya CMBBS ini, pada awalnya hanya sebuah pentas seni para siswa menjelang liburan panjang sekolah --yang memang sudah menjadi kebiasaan setiap menjelang perpulangan, selalu ada pentas seni, hanya SDC ini sedikit lebih besar.

Tapi kemudian, acara ini justru menjadi sebuah rutinitas tahunan yang kedatangannya menjadi acara paling ditunggu-tunggu melebihi kedatangan para pejabat yang berkunjung ke CMBBS sekalipun, hhe..

Inilah tempat dimana setiap siswa CMBBS dapat mencurahkan kreatifitas yang mereka miliki.

Inilah tempat dimana setiap siswa dilatih dalam berbagai hal, mulai dari merencanakan kegiatan, membentuk panitia, menyusun kegiatan, menyebarkan proposal tuk cari sumbangan, mengatur acara inti berupa pentas seni yang membuat semua siswa super sibuk hingga evaluasi sebagai bahan laporan pertanggungjawaban.

Disinilah tempat dimana seluruh siswa diajarkan hal-hal yang ga ada di buku ajar manapun dalam kurikulum sekolah. Keikhlasan, kepemimpinan, tanggung jawab, kesabaran, cekatan, telaten, teliti, kerja keras, kejujuran, kedisiplinan, manajemen waktu, dan yang lainnya dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari hal yang sepele dan yang amat penting.

Hingga kini, SDC telah dilaksanakan sebanyak empat kali dan akan dilaksanakan untuk yang kelima kalinya esok lusa, Sabtu, 31 Oktober 2009.

Dalam perjalanannya, dari yang pertama hingga yang keempat, SDC punya fakta-fakta yang mungkin bisa mengingatkan akan masa-masa yang memang pantas untuk di kenang.

Ini dia..!!

jreng...jreng...jreng...


SDC pertama.,,

dilaksanakan hari Sabtu, 29 Oktober 2005 atau bertepatan dengan 26 Ramadhan 1426 H.

Acara yang cukup bersejarah ini, (maksud..???) diketua oleh dua orang anak ikhwan.

Adalah Enggar Cahya Firdaus dan Aziz Abdul Latif yang diberi amanat untuk mengorganisir SDC untuk yang pertama kalinya.

Saat itu, panitia seluruhnya adalah anak kelas 1 (ya iyalah..! wong baru satu kelas kok, hhe..) yang hanya 46 orang dibantu para ustadz/ustadzah.

Yang cukup membuat panitia saat itu sangat super sibuk banget (pemborosan kata), mulai dari awal hingga akhir, adalah dikarenakan personel yang dimiliki hanya sedikit tapi acara begiiiiitu banyak.

Hingga sampai saat inipun Penulis sendiri masih ingat, kalo dia mendapat jatah untuk mengikuti delapan acara di SDC!

Delapan gitu loh...,

(itu baru acara lho.., masuk dalam kepanitian belum di itung, hhe..pamer ceritanya..)

Begitupun teman-teman yang lainnya, ga jauh dari itu, beda-beda dikit lah.,,

Pokoknya ga ada satu siswa pun yang nganggur, ga ada yang ga kebagian jatah tuk tampil dalam acara.

Kenyang deh ma acara.!

Apresiasi para orang tua yang hadir terhadap acara yg panggungnya didepan ruang multimedia (sekarang kelas matematika) ini cukup bagus.

Itulah yang menjadi salah satu faktor acara ini tetap dipertahankan ditahun-tahun berikutnya hingga saat ini.


SDC kedua, dengan ketua tunggal, Suhendra!!

(plok...! plok...! plok...!)

Dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Oktober 2006 bertepatan dengan 26 Ramadhan 1427 H

Acara yang dikomandoinya berjalan dengan sukses dan meriah.

Padahal saat itu, ada 3 acara besar yang digelar di tiga minggu masuk sekolah di bulan Ramadhan.

Senin, 9 Oktober/16 Ramadhan, acara “Kiat Menjadi Juara” bersama Profesor Yohannes Surya,

Panitia mempersiapkan acara untuk kedatangan tamu besar ini.

(Malam-malam nge-cor jalan didepan gedung perpustakaan untuk acara esok harinya. Momen yang cukup berkesan bagi Penulis hingga saat ini.)

Kemudian di susul Musyarah Kerja atau Muker OSCM,

(Jum’at 13 Oktober Sidang Pleno dan Ahadnya 15 Oktober Sidang Komisi.)

dan satu lagi, acara SDC itu sendiri.

Dan yang menjadikan siswa CMBBS benar-benar mestakung adalah pemilihan ketua SDC dilakukan hari Kamis, 5 Oktober 2008!!

14 hari menjelang acara puncak dimulai!!

(benar-benar mestakung..!

Eit..eit.. tunggu dulu, kayaknya siswa CMBBS deh yang pertama kali menerapkan mestakung. Kan waktu pemilihan lebih dulu dari kedatangan pak Yo yang membawa konsep mestakung. Ya ga??)

Tapi yang saat itu membuat Panitia beruntung adalah kedatangan santri-santri dari Gontor yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan acara sekaliber SDC, bahkan lebih besar.

Kedatangan mereka pada H-5 sangat membantu.

Makanya, semenjak dari SDC kedualah tradisi backround dengan triplek mulai diterapkan, karena sebelumnya Panitia hanya menggunakan kain yang dilukis.


Setahun kemudian,,,

Sabtu, 6 Oktober 2007 yang bertepatan dengan 24 Ramadhan 1428 H, perhelatan akbar SDC kembali dilaksanakan.

Dengan dikomandoi Muhammad Rusviandi, Muhammad Fahmi dan Nurina Hegar Listiani acara inipun kembali sukses dilaksanakan.

Dan ditahun inilah, pertama kalinya dilaksanakan acara baru sebagai pendaming SDC. Acara yang hingga kini selalu bersandingan dengan SDC.(tapi belum resmi disandingkan dengan SDC sih..)

Ya..!

Bakti Sosial yang pelaksanaannya saat itu, Sabtu, 22 September2009 atau 9 Ramadhan 1428 H.


Next....,

Pada tahun keempat, untuk pertama kalinya, SDC bersama bakti sosial dikemas dalam satu kegiatan bernama, “Ramadhan Fair”.

Dengan ketua umum Alfi Fudhola dan Faisal Firdaus sebagai ketua SDC serta Esmawan Adiyanto sebagai ketua Baksos yang diberi nama ASOCA (Aksi Sosial Cahaya Madani).

SDC yang merupakan bagian Ramadhan Fair inipun terlaksana pada Sabtu, 20 Oktober 2008 bertepatan dengan 21 Ramadhan 1429 H. Dan acara ini pun sukses dengan hasil yang memuaskan, melebihi SDC tahun-tahun sebelumnya.


Dan tahun ini,

Sabtu, 31 Oktober 2009 bertepatan dengan 12 Dzulqo’dah 1430 H akan kembali digelar SDC.

Kali ini SDC dikemas bersama Bakti Sosial dalam satu acara bernama Madanian Action and Nasionalisme (MAN) dengan Himawan Rabbani Hakim sebagai ketua umum, dibantu Veza Aditya Lenggawa sebagai ketua SDC dan M. Syesar Nurul Fathan memegang acara Baksos dengan nama Mission.

Mission, Madani Social Action telah dilaksanakan pada 12 September atau 22 Ramadhan 1430.

Mission telah sukses dilaksanakan, bahkan Laporan Pertanggungjawabannyapun telah selesai dibuat.

kini tinggal menunggu pendampinganya, SDC, Semalam Di Cahaya Madani.


Terus kemudian, sepanjang perjalanannya mulai dari tahun 2005 hingga 2008 kemarin, mulai dari yang pertama hingga keempat, SDC punya beberapa kesamaan yang terulang setiap tahunnya.


Pertama,

tentang waktu..

SDC selalu dilaksanakan setiap bulan Ramadhan menjelang liburan panjang Idul Fitri.

Walau SDC tahun ini tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya, tapi paling tidak, Bakti Sosial yang selalu disandingkan dengan SDC dilaksanakan pada bulan Ramadhan.

Walaupun tahun ini dipaksakan pada bulan Ramadhan, toh suatu saatpun SDC tidak akan bisa dilaksanakan pada bulan Ramdhan.

Itu karena antara perhitungan hari pada tahun Masehi dan Hijriyah setiap tahunnya memiliki perbedaan, yaitu 10 hari (lebih pendek perthitungan tahun Hijriyah), maka kita tidak bisa memaksakan SDC dilaksanakan pada bulan Ramadhan disetiap tahunnya.


Kedua,

Hujan,,

Menurut pengamatan Penulis, setiap tahunnya pada hari H pelaksanaan SDC selalu diguyur hujan.

Bukan pada malam hari sih, tapi pada sore harinya.

Mungkin karena bulan September dan Oktober adalah musim pancaroba, perpindahan dari musim kemarau ke musim penghujan, makanya menjelang dan ketika SDC selalu kedatangan hujan.

(tapi pernah lho, minggu-minggu itu ga turun hujan, tapi eh,, pas SDC turun hujan,.)

Tapi yang aneh, kenapa hujan itu selalu turun setiap sore dan berhenti menjelang maghrib ya..?

(Alhamdulillah kalo gitu, coba kalo terbalik??)

Hujan yang cukup besar terjadi ketika SDC pertama.

Penulis masih ingat saat itu hujan cukup deras, hingga saat itu Penulis mendengar kabar kalau sebagian anak akhwat menangis, karena backround SDC yang sudah berhari-hari dikerjakan luntur kehujanan. Maklumlah SDC pertama backroundnya hanya dari kain dengan latar gambar gedung-gedung CMBBS.


Ketiga,

Air..,

Pokoknya air ga pernah mau diajak untuk berkompromi menjelang SDC.

Selalu krisis air menjelang SDC atau minggu-minggu sebelum SDC.

entah kenapa??

kebetulankah??

tapi masa tiap tahun sih..??

Dan yang masih melekat diingatan Penulis adalah ketika SDC kedua dimana OSCM sampai harus mengkoordinir dana dari siswa untuk membeli air dari PDAM yang dipakai sebagai pengganti air yang mesin pompanya sedang mengalami kerusakan.

Dan yang terakhir,,

yang menurut pengamatan Penulis menjadi persamaan dari SDC setiap tahunnya adalah sebuah motivasi yang unik.

Kenapa unik, karena motivasi ini berbentuk bukan seperti motivasi pada umumnya. Motivasi yang dilakukan bukan dalam bentuk motivasi, tapi dalam bentuk lain. (bingung ya..???)

Motivasi ini biasanya dilakukan oleh ustadz-ustadzah sebagai pembimbing acara SDC.

Sampai kadang, siswa/i kelas satu tak sadar kalo itu adalah motivasi yang dilakukan dengan cara yang berbeda.

Ini biasanya terjadi dimasa-masa latihan semakin intensif dilakukan.

dan hal itu yang kemudian membuat semangat siswa CMBBS kembali bangkit untuk melakukan latihan-latihan yang semakin intensif.

Anak CM pasti ngerti lah tentang ini.

Udah ngalami kan??

ga usah di jelasin lagi..


Persamaan-persamaan itu terjadi dan terulang setiap tahunnya selama 4 kali pelaksanaan SDC..

(ini menurut pengamatan Penulis, ada yang mau nambahin??)


Dan saat ini pertanyaanya,,

Apakah SDC tahun ini akan kembali mengulang peristiwa-peristiwa unik yang telah menjadi rutinitas tahunan??

Sabtu, 31 Oktober 2009 yang akan menjawabnya.

Esok lusa..!!


Semua berharap, SDC tahun ini bisa berjalan dengan sukses seperti tahun-tahun sebelumnya.

Semoga..

Amin..!


Selasa, 20 Oktober 2009

KONTRADIKSI (1)

Semenjak Ahad, 24 Juli 2005 tinggal di CMBBS dan kemudian mengenal semua anak dari angkatan pertama hingga ketiga dan sebagian anak angkatan keempat hingga saat ini, saya Achmad Anwar Sanusi namun lebih sering dipanggil Uchie atau bahkan hampir semua anak angkatan pertama CMBBS lebih senang dengan panggilan Bocay, yang selanjutnya disebut Penulis, dalam sebuah perenungan tak disengaja di awal Ramadhan tahun ini, menemukan orang-orang yang berkarakter unik yang kontradiktif diantara teman-teman dan adik-adiknya itu.
Kontradiksi yang Penuli
s kategorikan adalah anak-anak CMBBS yang memiliki kontradiksi dalam dalam hal sifat atau perilaku/sikap ataupun kebiasaan yang dimiliki. Bukan dalam hal fisik.

Ini semua adalah pandangan pribadi Penulis terhadap orang-orang yang dikenalnya, jika menemukan sesuatu yang tidak cocok dan tidak sesuai mohon dimaklum.
Bagian yang pertama ini hanya akan menampilkan 3 kategori saja dulu, yang selanjutnya akan ditampilkan secara bertahap.

Inilah mereka....



Urfi X Dwiningrum


Sebelumnya Penulis percaya pada sebuah pribahasa berbunyi, “tong kosong nyaring bunyinya”. Tapi setelah mengenal selama 3 tahun seorang perempuan bernama Urfi Syifa Urrohmah, pribahasa itupun tak lagi percayainya..!

Jika pertama kali orang melihatnya, mungkin kesan pertama yang muncul adalah ketidakyakinan dan takkan terbayang kalau perempuan kelahiran Tangerang, 09 November 1990 ini adalah orang yang “nyaring bunyinya”. Namun bukan berarti dia kosong, tapi justru sebaliknya.

Apa yang ia bicarakan dan apa yang ia kemukakan, hampir semuanya adalah pengetahuan. Analisisnya bukan hanya sekedar omong kosong. Bicaranya cepat, penyampainnya lugas dan apa yang dibicarakan akan dapat meyakinkan orang yang menjadi lawan bicaranya, siapapun itu…, guru sekalipun.

Gayanya yang khas, menggebu-gebu jika berbicara, penuh semangat jika mengemukakan pendapat, nyrocos istilahnya dan juga ngotot jika sudah berdebat, membuatnya disegani, dan tak heran jika ia sering mengikuti berbagai lomba debat.

Dan jika di minta pendapatnya tentang suatu hal, dia akan menjelaskan panjang lebar dengan susunan kalimatnya yang tanpa titik dan koma, saking panjangnya, mungkin apa yang dia kemukakan dapat di buat sebuh buku. (lebay..!)

Saking nyerocosnya dia ngomong, pernah ada yang menggambarkan kecepatan berbicaranya itu seperti ojeg dari kuranten yang meluncur ke maja tanpa sebuah rem, hhe…

Sehingga kalau debat, takkan pernah ia ngasih kesempatan lawan debatnya untuk “menyalip” pembicaraanya itu.

Ia termasuk orang yang berpengaruh di CMBBS, dan tidak berlebihan jika penulis kemudian Penulis menyebutnya sebagai wanita paling berpengaruh di angkatan 1, itulah kemudian yang menjadikannya “ibunya angkatan” alias ketua angkatan hingga saat ini.

Kini ia sedang menempuh kuliah semester III Hubungan Internasional di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, yang akan mengantarkannya menjadi seorang diplomat yang memang sudah menjadi cita-citanya sejak dulu..

Sampai saat ini, Penulis belum menemukan orang yang bisa dikatakan sebagai penggantinya.

Pokoknya tak tergantikan deh, tapi entah nanti..

Cayo Fi… buktikan kalo yang nyaring itu tak selalu tong kosong..!




Namanya Dwiningrum, Dwiningrum Prihastiwi lengkapnya.

Dia ini orang yang paling pelit banget kalau berbicara, hemat, simple, tak panjang-panjang.

Hhe…

Sebenernya penulis punya kandidat lain untuk kategori ini, Wita Anjenia angkatan pertama. Namun fakta membuktikan, perempuan yang sering di panggil ukhti Daday ini lebih pendiam dari pada Wita Anjenia. Bukan hanya di tempat umum, dikelas, atau tempat lainnya, tapi di kamar sekalipun, ia terkenal pendiam banget dan hemat dalam berbicara.

Saking hematnya, Jika Penulis bertemu dengannya dan kemudian menanyakan kabarnya, ia hanya menjawab,

“Alhamdulillah khoir”.

Bahkan pernah sekali waktu jawaban dia lebih simpel lagi,

hanya sebuah senyuman..!

Tapi jangan dikira jangan disangka, pendiem-pendiem gini juga dia itu ahli bela diri lho..

Dia ikut eskul tapak suci dan memang aktif kegiatan bela diri semenjak SMP Bahkan dia termasuk atlet bela diri.

Penulis pun pernah menyaksikan langsung kehebatan gerakannya di suatu pagi setelah berolahraga. Setelah lari pagi dia terlihat sedang berlatih suatu gerakan atau jurus -bahasa bela dirinya- bersama temannya.

Wah sungguh, ternyata dibalik sikap pendiamnya itu tersimpan sebuah kekuatan yang luaar biasa (apa coba??)

Penulispun kemudian bergumam dalam hatinya, “kayaknya ane kalah nih kalo harus berantem ma dia..!”

Hahaha...



Mia X Rahma


Terjulur jilbab yang dipakainya, gamis selalu pakaiannya, lebih banyak diemnya, sangat rapi apa yang di gunakannya dan tertutup rapi banget auratnya.

Pokoknya perempuan ini pandai menutup diri deh.., baik luar maupun dalam. Pokoknya dia akhwat banget..! Dan dia memang lebih senang dengan panggilan itu.

Mia Nurnajiah, anak angkatan 3 jebolan Galaxter dan Ma’ana Class dan saat ini member of Salazar Slytherin.

Ia adalah teman diskusi Penulis dalam berbagai masalah fiqih.

Pokoknya yang pertama kali ia tanyakan setelah kabar adalah sebuah masalah tentang fiqih yang kemudian asyik untuk di jadikan bahan diskusi.

Terkadang, saking hausnya ilmu, ketika bertemu Penulis, dia langsung ke inti permasalahan tanpa pembukaan atau basa-basi menanyakan kabar.

Buktinya baru-baru ini pas ketemu di CM, bukan kabar yg pertama ia tanyakan, tapi ia bertanya, “al akh kok ane buka e-mail ga ada..?” katanya menanyakan permasalahan fiqih yg belum sempat di jawab Penulis lewat e-mail.

Pokoknya dia tuh haus ilmu banget.

Walau dia sering sekali menjadi teman diskusi Penulis, namun sedikit yang bisa diinformasikan tentangnya karena memang dia tertutup. Karena yang dia bicarakan kadang seperlunya saja. Pokoknya dia tertutup banget,.





Moy, begitulah di kalangan teman-temannya ia biasa di panggil. Tapi Penulis lebih senang memanggilnya Amoy! Hingga pernah ia ngotot kalo dia bukanlah Amoy tapi Moy.

(Begitulah dia, keseringannya ngotot daripada cemberut atau nangis. Hhe…)

Sebenarnya Penulis punya dua orang yang masuk nominasi ini, kedunya dari angkatan yang sama dengan Amoy ini, Pretty Noviannisa alias Pipi dan Desi Laelasari alias Desil. Tapi setelah mengenal beberapa lama, Penulis menyimpulkan bahwa perempuan bernama lengkap Rahmawati Nurul Hidayat (pake “i” ga ya??) ini adalah kontradiksi dari Mia Nurnajiah kakak kelasnya.

Perempuan konsulat Tangerang namun kata-kata dalam hampir setiap obrolannya penuh dengan bahasa Sunda seperti; mah, geh, tuh, dll. ini lebih banyak maskulinnya daripada feminimnya.

Bagaimana cara bicaranya, cara jalannya, cara duduknya, cara ngototnya juga, pandangan matanya, beda banget dengan perempuan pada umumnya. Jauh dari kesan feminim.

Intinya dia adalah perempuan yang paling tomboy yang pernah Penulis kenal selama hidupnya.

Tapi Penulis yakin dibalik kemaskulinannya dan ketomboyannya itu pasti ada sisi feminim yang ia miliki yang suatu saat akan mendominasi dan Penulis berharap suatu saat ia akan menjadi benar-benar akhwat yang feminim.

Walau kadang Penulis pesimis dikarenakan ucapannya, “dia ya dia,, ana ya ana..! I just want to be my self!” . Saat Penulis menceritakan seseorang yang dulunya tomboy namun sekarang menjadi feminim.

Dia kayaknya keukeuh dengan sikapanya itu.

Tapi bisa jadi dalam hatinya itu, ia adalah akhwat sejati yg penuh dengan ke-feminimisme-an. Mungkin selama ini dia hanya berpura-pura saja…

Hhe...

Satu hal yang Penulis senang darinya, dia itu selalu terlihat ceria didepan orang lain. (kecuali didepan Penulis, jutek terus bawaannya! hhaha..)


Temen ngobrol Penulis ini (kalo dia baca tulisan ini, pasti akan menimpal dengan gaya bicaranya yg khas, “temen?? Kapan kita temenan!!?? emang al akh punya temen??”), lebih tepatnya temen debat Penulis ini (Amoy: “lebih tepatnya lagi musuh..!”) selalu menamakan dirinya sebagai pelajar yang mulai bosan belajar.

Tapi akhir-akhir ini ia rubah dengan statemennya,

sekarang tuh lebih tepatnya, adalah seorang pelajar yang sudah bosan belajar!”

Gubrackh..!

Amoy…Amoy…! Kamu tuh ya…!





Rifa X Pohan

Dia yang selalu di panggil abah, entah kenapa..?

Dia yang selalu berteriak “Allahu Akbar” didepan asrama sebelum berangkat sekolah,

Dia yang suka berolahraga hampir setiap hari, pagi atau sore,

Dia yang suka berjalan dengan cepat yang kadang terkesan tergesa..,

Dia yang selalu terlihat super sibuk,

Dia yang selalu semangat dalam setiap kegiatan, (ga setiap sih, buktinya ESQ ngga tuh.. hhe..)

Dia yang suka bernyanyi nasyid dengan suara tinggi, yang kadang ngeselin, (piss..!)

Dia yang menjadi distributor salah satu majalah bulanan,

Dia yang menjadi qismul masjid namun kemudian berganti menjadi qismul amni,

Dia yang tercepat dalam lari sprint se CMBBS,

Dia pula yang staminanya paling kuat saat tes olahraga,

Dia yang fisika pelajaran favoritnya,

Dia yang senang bercocok tanam,

Dia yang paling rajin mengunjungi hampir seluruh temen-temennya ketika liburan,

Dia yang kini menjadi mahasiswa di IPB,

Dia yang kuliah jurusan Aronomi dan Holtikultura disana, cocok banget..

Ya..!

Dialah,,

RIFA RUSIFA

Atau RR






Semua tahu, jika berkunjung ke asrama putri (sekarang masqod),

tulisan yang pertama kali terlihat di jendela kamar 201 adalah “calminity”, (entah sekarang masih ada atau tidak)

Tulisan tertuju pada siapakah itu??

Siapa juga yang membuatnya??


Siapa lagi kalo bukan, Peni Listiyani Pohan,

Perempuan kelahiran 19 tahun silam ini benar-benar cocok dengan julukan yang dibuatnya sendiri. Sampai-sampai alamat e-mailnya pun sama dengan julukannya tersebut.

Anak Maja ini (awas, bukan maskan jadid ya??) benar-benar calm deh..!

Gambarannya seperti ini,

Jalannya, sloooow, (banget),

Gerakanya soooft, (banget),

Gayanya cooool,,

Sikapnya lembuut,,

Cara bicaranya perlaha-lahan dan halus..

Pokonya ga bisa di jelasin,,

Bahkan dia pernah menyebut dirinya orang paling cool dan calm di CMBBS.

Dan memang sampai saat ini, sepengetahuan Penulis, tak ada siswa/i CMBBS yang mengeluarkan statmen itu sebagai pengganti Pohan.

Entah apakah mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini masih mempertahankan kekalemnya itu hingga saat ini?

Penulis sudah lama tak bertemu dengannya.

Tapi sepertinya terlihat dari smsnya,

ngga berubah tuh..!

(emang bisa ketahuan?? Ngaco...!!)



to be continued..