“Salah satu kebaikan dari seorang muslim ialah meninggalkan apa-apa yang tak bermanfaat baginya.” – Al-Hadits
Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi memungkinkan kita mengakses segala hal yang kita ingin dan tidak inginkan; berita yang kita butuh dan tidak butuhkan; konten yang pada kita mendatangkan dan tidak mendatangkan kebermanfaatan, dengan amat mudahnya. Tak mengenal batas usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lintas batas negara, ras, dan suku bangsa, serta tak mengenal batas waktu. Kita dapat mengkses tanpa mengenal batas. Jika pun ada, batas itu sesungguhnya kita sendirilah yang harus menciptakannya.
Kita dihadapkan pada keadaan dimana begitu banyak hal yang sulit dihindari. Disajikan dengan banyaknya informasi tanpa adanya filtrasi. Saat menonton televisi kita disuguhkan berita-berita yang cenderung tak objektif, acara infotainment yang sudah tak mengindahkan norma dan etika, reality show yang menyajikan hal-hal yang bagi saya sedikit –untuk mengatakan tidak, mengandung makna. Bukan maksud mengeneralisir, tapi itulah yang sebagian besar terjadi. Pun begitu saat membuka internet. Iklan-iklan tak layak memenuhi layar, konten-konten dewasa ada dimana-mana, berita-berita yang jauh dari kaidah jurnalistik muncul dengan mudahnya, status-status facebook yang mungkin tak perlu kita ketahui kemungkinan besar akan kita baca, twitwar yang kadang tanpa mengindahkan etika dan penuh cela bisa muncul begitu saja di linimasa.
Melalui itu semua, barangkali kita menjadi terlalu banyak tahu hal yang tak semestinya kita ketahui. Isi kepala kita dipenuhi hal-hal yang sesungguhnya tak terlalu mendatangkan manfaat bagi diri kita sendiri. Semakin banyak tahu hal yang tak semestinya kita ketahui, pada akhirnya menjadi penyebab bagi sebagian besar dari kita mengapa begitu sering merasa gelisah, merasa terlalu banyak pikiran, sulit fokus dan berkonsentrasi. Produktifitas kerja, amal dan ibadah menjadi terpengaruh jua.
Satu-satunya cara untuk menghentikannya ialah dengan mematikan segala hal yang berhubungan dengan itu semua. Tapi rasa-rasanya cukup sulit melihat pada zaman dimana kita saat ini berada. Pada akhirnya, mungkin pesan dari junjungan kita patut kita renungkan dan laksanakan: min husnil islamil mar’i tarkuhu maa laa ya’nihi. Bahwa meninggalkan apa-apa yang tak bermanfaat bagi kita sebagai seorang muslim, adalah salah satu kebaikan bagi kita.
Segala sesuatu yang hendak kita lakukan, jalani, ambil, seharusnya kita pikirkan terlebih dahulu apakah akan mendatangkan manfaat atau tidak, memiliki nilai guna atau tidak, atau hanya akan mendatangkan kemudharatan, menimbulkan kedengkian, dendam, hasad, dan hasut yang kesemuanya justru mengantarkan pada kesia-siaan.
Bahkan di media sosial yang saat ini begitu akrab dengan keseharian pun, kita dituntut untuk dapat menerapkan itu. Ketika posting, upload, shared foto, share link, baca link berita, atau apapun itu. Selama dirasa tak bermanfaat dan justru mendatangkan kemudharatan, maka alangkah lebih baik kita tinggalkan. Karena dengan begitu bukankah dapat menjadi kebaikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar