Jumat, 31 Januari 2014

Aku Hanya

Aku hanya laki-laki biasa yang tak pernah bermimpi untuk punya segala: kendaraan mewah, istana megah, harta melimpah, dan segala hal lain yang serba wah. Pada semua itu aku tak memiliki ketertarikan sama sekali.

Aku hanya laki-laki yang bermimpi untuk punya rumah sederhana dengan tiga kamar di dalamnya: untuk kita berdua, anak-anak kita, dan tamu yang sesering mungkin akan datang karena sengaja kita undang; entah itu sahabat dekat, kawan lama, orang tua kita atau bahkan orang yang sedang dalam beperjalanan yang butuh tempat beristirahat semalam.

Aku hanya laki-laki yang tak punya banyak keinginan. Maka jangan heran jika aku tak pernah menuntut banyak darimu. Juga maafkan aku tak dapat memberikan banyak hal yang kau inginkan: beli perabot teranyar, berbelanja di butik terkenal, dan hal lain yang mungkin bagiku terdengar asing.

Aku hanya laki-laki yang tak bisa tidur terlalu larut malam. Maka maafkan aku jika tak dapat selalu menemanimu begadang. Tak banyak hal yang dapat kuberi saat kau begadang selain coklat panas dan sebuah pelukan tiba-tiba dari belakang di sepertiga akhir malam.

Aku hanya laki-laki pendiam yang tak banyak bicara. Maka tak usahlah malu untuk membuka pembicaraan dan memulainya. Dan tak usah khawatir, jika sudah berbincang aku dapat bertahan berjam-jam, apalagi bersamamu.

Aku hanya laki-laki biasa yang tak pandai dimintai pendapat bijak. Tapi tak usah takut untuk mendengar pendapatku tentang masakanmu hasil latihan seharian: kurang gula atau kelebihan garam. Aku adalah orang yang tak pernah mengeluh perihal makanan. Apalagi masakanmu, rasa-rasanya lidahku hanya akan kenal satu rasa: enak.

Aku hanya laki-laki pengecut yang tak pernah berani mengatakan apa yang kurasakan. Aku hanya sedang mengumpulkan keberanian hingga waktu yang tepat itu datang. Bukan apa-apa, bagiku kau tak pantas menjadi seorang pacar. Kau hanya pantas dijadikan perempuan pendamping masa depan.

Aku hanya laki-laki tak tahu diri dan tak tahu malu. Laki-laki yang pada saatnya nanti tiba-tiba mengajakmu menikah lalu kemudian memutuskan menemui ayahmu di rumah. Atau mungkin langsung menemui ayahmu tanpa memberitahumu. Kurang ajar sekali bukan? Terlalu ekstrim bagimu ya?

Aku hanya laki-laki yang tak dapat memberikan banyak hal selain kesetiaan dan tanggung jawab padamu dan anak-anak kita nanti. Selain itu, sedikit sekali yang dapat kuberi.
Aku hanya laki-laki yang saat ini tak dapat melakukan apa-apa selain memanjatkan do’a setiap malam. Diam-diam.

Maafkan aku jika aku seperti ini. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Maka bersediakah kau hidup bersamaku nanti?

Tidak ada komentar: