Pada sebongkah hati dalam dada atau seonggok daging dalam kepalakah ia
berada, itu tak menjadi masalah. Tapi perkara rasa, selalu saja
membuatku tersiksa. Rasa rindu pada sesuatu, rasa suka pada seseorang,
juga rasa cinta pada entah apa; rasa benci pada sesuatu, rasa iri pada
seseorang, juga rasa dengki entah pada siapa. Segala rasa itu mememuhi
rongga dada dan (atau?) kepala.
Beberapa kali mereka berada pada dosis yang sewajarnya. Tapi lebih
sering tidak. Terlalu berlebihan. Aku kadang merasa bosan dengan segala
rasa yang seperti punya nyawa sendiri ini. Iyakah ia bagian dari diriku?
Atau barangkali ada jiwa lain dalam jiwaku? Jiwa dalam jiwa.
Aku ini sudah seperti tak belajar agama saja, memiliki rasa pada dia
yang belum berhak menerimanya. Bahkan menghambakan diri pada sesuatu
yang sebenarnya semu. Kemudian mengkambinghitamkan setan dan
rekan-rekannya dalam perkara ini. Aku rasa, untuk saat ini aku tak lagi
mau. Bosan rasanya mengkambingkanhitamkan mereka tanpa pernah melihat
pada diri sendiri sebelumnya.
Aku kira jikalah kita mengenal zina mata, barangkali dalam rasa pun
ada hal yang sama. Maka pada apa yang kualami ini bisa termasuk di
dalamnya: zina rasa. Merasakan hal-hal yang tak sepatutnya aku punya.
Padahal bukankah hati pun akan dimintai pertanggungjawabannya?
Ah, rasa-rasanya aku harus banyak-banyak bermohon ampun kepada Yang Kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar