Ada masa dimana kita menemukan diri kita dalam keadaan yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Dihinggapi semangat yang hilang, hasrat yang tiba-tiba lenyap menguap, digelayuti bertumpuk-tumpuk kejenuhan, bergunung-gunung kemalasan, hingga perasaan lain yang membuat kita kehilangan hasrat melakukan sesuatu. Entah itu pada perkara kewajiban atau bukan.
Ada saat dimana kita dilanda keresahan yang kadang tak beralasan dalam melakukan hampir semua hal. Ketidakjelasan rasa yang tak semestinya, lalu tak menemukan tempat berbagi. Beberapa dari kita hanya mampu memendamnya, beberapa lagi melampiaskan dalam perkara-perkara yang beragam: bermanfaat atau pun tak bermanfaat.
Ini bukan hanya perkara apa yang dihadapi, tapi tentang perkara rasa apa yang dijalani. Karena yang dihadapi selalu hampir sama setiap manusia, tapi rasa dalam menjalaninya pasti berbeda setiap dari kita.
Aku yakin dalam setiap fase kehidupan yang pernah kita jalani hingga menginjak saat dimana kita berada saat ini, setiap dari kita merasakan itu semua. Bahkan seorang motivator sekali pun. Kebutuhan kita akan dorongan (dari seseorang, atau bukan orang) seolah menjadi kebutuhan primer saat masa-masa itu tiba.
Seperti halnya iman yang naik dan turun, pun begitu sepertinya semangat yang kita miliki. Saat semua tak ada yang berhasil dilakukan, mungkin pada saat itu kita perlu mengulang-ulang doa yang pernah junjungan kita ajarkan: “Allahumma innii a’udzubika minal hammi wal hazani, wa’audzubika minal ajzi wal kasali, wa a’udzubika minal jubni wal bukhli, wa a’udzubika min gholabatiddaini wa khohrurrijaali.” Bukan apa-apa, hati kita tak pernah dapat terbolak-balik dengan mudahnya tanpa seizin penciptanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar