Baru saja shubuh tadi saya pulang dari Ciamis. Main di rumah teman yang sudah lama tak berjumpa. Buat saya, 2 hari disana sudah cukup untuk mendapat suasana baru, ilmu baru, pengalaman baru, sudut pandang baru menjalani hidup ini.
Sebenarnya kepergian kesana tak direncakan sebelumnya. Itu hanya obat dari sebuah kekecewaan karena tak jadi pergi ke Pangrango akhir pekan kemarin. Tapi alhamdulillah-nya Ciamis bersedia menjadi tempat 'pelampiasan'. :D
Berawal dari menghadiri wisuda teman-teman SMA di kampus UI Depok, rencana kepergian ke TNGP keesokan harinya tepaksa ditunda karena sesuatu hal. Entah sampai kapan.
Akhirnya berangkat ke stasiun Kota untuk mencari kereta ke arah Ciamis sekalian beli tiketnya. Entah karena akhir pekan atau karena memang sudah biasa, saya harus menunda keberangkatan ke Ciamis dengan kereta keesokan paginya. Karena tiket kereta Serayu Malam tujuan akhir Kroya telah habis terjual.
Ini pertama kalinya saya naik kereta lewat jalur selatan. Dataran tinggi di sekitar Bandung membuat rute kereta harus berbelok-belok, diatas pegunungan. Alhasil saya dapat menyaksikan pemandangan dibawah kaki gunung langsung dari kereta yang sedang berjalan. Ruas jalan tol yang membelah bukit, pemukiman penduduk yang berpola ataupun random, persawahan hijau yang membentang, sungai-sungai yang mengalir dibawah kereta, bukit-bukit menjulang yang justru menjadi tempat roda kereta menapak diatas rel, menjadi pemandangan yang menakjubkan. Ini toh alasan kenapa saya tidak mendapatkan kereta malam hari, fikir saya. Hhe..
Ciamis sendiri sudah sesuai ekspektasi saya selama ini. Sejuk, damai, tenang, dan tentunya tidak se-crowded kota-kota penting lain. Mulai dari alun-alunnya yang rapi, mesjid agungnya yang cukup megah, suasana malam kotanya elok, orang-orangya yang hangat, hingga hal yang saya paling suka, logat bahasa sunda lemes yang digunakan. Mengobrol dengan teman, bergurau, berjalan-jalan dikota dan suasana baru jadi kegiatan saya disana.
Pulang dari Ciamis saya mendapat beberapa oleh-oleh, salah satunya sebuah pencerahan tentang mengapa teman-teman sebaya saya, adik-adik saya, begitu ingin cepat-cepat menyelesaikan studinya, ingin cepat-cepat menyelesaikan kulihanya, dan ingin cepat-cepat segera mendapat pekerjaan.
Saya menemukan bahwa sebagian, atau bahkan mayoritas orang, ingin cepat-cepat bekerja agar segera dapat memiliki apa yang mereka inginkan. Dengan bekerja kita bisa mendapatkan ini dan itu dengan mudah, dengan bekerja kita berekspektasi bahwa kehidupan kita akan makmur dan sejahtera, dan dengan bekerja kita bisa memiliki segalanya dengan merocek kantong yang diisi dengan gaji yang kita dapat.
Tapi sekali lagi, itu hanya sebagian. Motivasi orang ingin segera menyelesaikan sekolah dan kuliah kemudian segera bekerja memang berbeda-beda. Tapi harus diakui, banyak orang yang motivasinya seperti yang saya ungkapkan diatas. Dan menurut saya, ini bisa membuat kita menjadi manusia materialistis.
Coba sekarang fikir-fikir lagi deh, yang lagi sekolah atau kuliah, kenapa ingin cepat-cepat lulus dan segera bekerja? Padahal secara tidak langsung, ketika kita ingin segera lulus sekolah, segera lulus kuliah, segera bekerja, segera berkeluarga, itu artinya kita ingin segera tua, dan artinya pula segera mendekati kematian. :p
Inginnya yang segera-segera melulu.
Hufth..! Menikmati apa yang saat ini dijalani itu memang tidak mudah.
Perjalanan kemarin dan sebelum-sebelumnya (dan kedepannya semoga), memang selalu mendatangkan pelajaran-pelajaran baru. Seperti kata Imam Syafi’i, walaupun itu menghabiskan uang dan tenaga, akan terbayar dengan 5 manfaat yang akan didatangkannya, salah satunya ilmu dan pelajaran-pelajaran baru.
Lagian menurut saya, uang itu akan habis pula kok pada akhirnya. Bisa dicari lagi. Rezeki Allah masih melimpah ruah di bumi ini.
Dan tenaga akan bisa diisi lagi dengan makan. Juga dengan istirahat pada saat waktunya nanti. Takkan pernah habis selama kita masih hidup dan menjaga kesehatan.
Beda dengan ilmu, pengalaman berharga, pelajaran baru, akan sulit didapatkan dengan mudah dengan hanya diam disatu tempat saja.
Dan di perjalanan pulang dalam bus Merdeka menuju Serang, sempat terfikirkan dan timbul harapan benak saya, semoga kelak suatu saat nanti saya punya pendamping yang suka jalan-jalan juga.. *lho??? :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar